Jumat, 29 April 2011

Wedangrondeism




Malam itu Pak Ronde datang tepat waktu. Mengantarkan semangkuk hangat wedang ronde di dalam pelukan jari-jari.


Bagian pertama yang saya makan adalah kolang-kaling warna merah jambu semi ungu, mirip tanaman anggrek di kebun ibu. Meneer kompeni menyebutnya glibbertjes. Dengan jebakan ‘biji’ di dalamnya, saya berusaha mengunyah dengan hati-hati. Saya bukan fan berat olahan pohon aren tersebut, sih. Makanya saya menjadikan si kolang-kaling urutan pertama. Padahal, kolang-kaling kadar airnya sangat tinggi dan memperlancar BAB. Tapi tetap saja saya tidak suka. Hmm.


Potongan kolang-kaling telah sukses merambah kerongkongan, berikutnya adalah giliran si kekacangan. Kress kress. Begitulah  bunyi gigi beradu dengan kacang goreng yang dimasak renyah. Saya juga tak suka kacang, jadi saya mengunyahnya lebih dulu karena akan mubazir ketika saya meletakkannya di urutan akhir : positif tersia-sia. Nah nah, kolang-kaling sudah… kacang sudah… daftar berikutnya adalah campuran tepung beras ketan dan tepung beras yang dibentuk bulatan dengan paduan air kapur, sedikit garam, serta kacang tanah. Si mochi mini cantik! Bagian kesukaan saya. Kenyal, namun ringan dikunyah. Membuat saya lebih bersemangat melumat mochi-mochian ini :) Bulatan demi bulatan sukses terkunyah sempurna. Saatnya tahap akhir. Saya angkat mangkuk porselen sederhana dari atas cawan, dan glek glek glek. Menelan keseluruhan wedang. Sukses membasahi kerongkongan  dengan kehangatan yang mengendap sempurna. Menyisakan senyum lebar di wajah.


“Berapa, Pak?”


“Dua ribu lima ratus.”


Begitu cara saya mengakhiri suatu malam. Hujan rerintik, belum mengantuk, dan lapar. Mirip prinsip yang selalu berusaha saya amini : seberapa sukar, berat, dan pedas masalah itu, toh saya harus melaluinya, kan? Saya harus menghabiskan kolang-kaling dan kacang dahulu, sebelum bertemu si mochi jadi-jadian dan dihangatkan dengan aliran wedang ronde. Efeknya tidak hanya di tenggorokan. Tapi lebih dalam, sampai ke hati :) living your life.




Tidak ada komentar:

Posting Komentar