Senin, 04 April 2011

Drive thru’ counseling



“Dok, saya takut gelap… saya takut ketika semua cahaya menjadi kelam. Dan saya sendiri—“

“Anda tidak perlu takut, yang Anda butuhkan hanya mencoba untuk yakin pada diri Anda. Hanya mencoba yakin… “

“Saya tak mampu, Dok. Semua ini menjadi terlalu berat bagi saya. Seperti ada sesuatu yang begitu mencekam saya di tengah kegelapan. Begitu dalam. Begitu kejam…”

“Tenanglah, Anda hanya perlu mencoba untuk yakin pada diri Anda…”

“Dok?”

“Ya?”

“Apakah Anda memiliki ketakutan?”

“Tidak.”



*** 


“… jadi begitu, May. Aku patah hati. Sakiiiiit banget. Tega-teganya dia ninggalin aku, setelah semua ini. Setelah kita resmi bertunangan… setelah kedua orangtua kami memberi restu. Begitu saja!! Huhuhu… kenapa aku menjadi wanita paling malang di dunia ini??? Huhuhu…”

“Sabar Vy… semua pasti ada hikmahnya. Mungkin dia bukan orang yang paling tepat buatmu. Pasti ada jendela lain yang akan terbuka. Yang terpenting kita hanya berusaha bersabar…”

“Kamu nggak tau gimana rasanya… gimana sakitnya… setelah empat tahun, setelah semua kegilaan lovey-dovey lovelife macam rollercoaster…”

“Aku tahu. Aku tahu rasanya kehilangan. Aku pernah kehilangan kakak tersayangku.”


*** 


“Demi Tuhan! Kamu seorang psikolog! Tak bisakah kamu menghadapi ini semua?!”

“Tidak semudah itu, banyak hal—terlalu banyak… aku takut—“

“Lalu, dengan segala ketakutan itu… kenapa kamu memutuskan menjadi seorang psikolog?? Kenapa bukan profesi lain? Dimana kamu bebas mengekspresikan ketakutanmu??!”

“ … “


*** 


“Kita mulai dengan yang ini ya, cahaya seterang ini. Apakah Anda merasa takut?”

“Mm… sedikit. Mm, tapi akan saya coba, Dok. Tapi mungkin tidak bertahan lama. Saya merasakan bulu kuduk saya meremang… “

“Tak apa. Itu sangat wajar… “


*** 


“Sayang…  ada telepon. Dari klienmu… “

“Di Minggu pagi seperti ini?”

Yeah, You look like kinda another doctor or similar. Haha… I’m so proud of you.”

I know…”

“Dan?”

“Ya?”

Please tell her. I’ll call her back soon.”

“Tapi—“

I’d rather need my privacy.”

“Sayang,

Your profession, umm—just corrected—it seems doesn’t have any right to be selfish anyway…

I’m only human,”

Human with higher responsibility.”

“ … “


*** 


“Dok—“

“Ya?”

“Sampai kapan saya harus menjalani terapi ini?”

“Hmm… setidaknya sampai Anda merasa siap menghadapi ketakutan Anda seorang diri, 
dengan lebih baik.”

“ … “

“Dok, boleh saya bertanya?”

“Silakan.”

“Apakah Dokter tak punya ketakutan sedikitpun? Saya begitu kagum pada Dokter… Menghabiskan setiap detik berbincang dengan klien seperti saya, menanggapi berbagai remeh temeh dengan sangat peduli, bahkan ketika orang lain beranggapan hal itu adalah hal yang paling tidak masuk akal sekalipun. I’m so sorry… you’re such a cool-hearted person with very tough minded.

“Tidak. Setiap orang punya masalah masing-masing yang bagi mereka penting. Ada prioritas masalah tertentu yang mungkin tak bisa dipahami orang lain. Dan itulah tanggungjawab saya, meyakinkan Anda bahwa  sekompleks apapun masalah Anda,  saya akan meyakinkan Anda bahwa Anda tak sendiri menghadapinya. Tak mungkin saya menjadi panik, takut, atau bahkan menertawakan masalah Anda, sementara Anda begitu percaya pada saya. ”


*** 


“Dan, kapan kamu pulang? Aku perlu bercerita—… “

“Astaga. Aku sudah bilang berkali-kali, bukan? Beberapa hari ini aku akan sangat sibuk disini. Memangnya kenapa? Ada masalah?”

“Tidak… aku hanya… ingin berbagi hariku yang penat dan melelahkan,”

“Hmm… kenapa kamu tak bisa mencoba meng-handlenya sendiri? Aku belum bisa pulang. Kamu kan psikolog, masa tak bisa menyelesaikan masalah sekecil itu?”


*** 


“Bu?”

“Iya, Dok?”

“Saya takut. Saya takut ketika semua orang menganggap saya selalu sempurna, mampu mengahadapi permasalahan apapun, sehingga semua orang bisa bertumpu pada saya. Saya bahkan diharapkan tak akan goyah pada permasalahan sekecil apapun. Tapi bisakah saya jujyur disini, pada Anda, pada perasaan saya? Saya hanyalah manusia biasa yang memerlukan feedback, bukan sekedar robot yang mengakomodasi semua permasalahan Anda, just like another drive thru’  counseling? I’ll tell you, then.”

“ … “




Tidak ada komentar:

Posting Komentar