Jumat, 20 Januari 2017

Patah atau tumbuh hilang berganti?




"Iya, aku kagum."
"Kenapa?"
"Nggak tau. Seperti semesta yang telah berkonspirasi. Tck!--" aku menjentikkan jari, "--begitu saja."

Seperti semesta yang telah berkonspirasi. Begitu saja. Semudah itu untuk merasa timbul dan tenggelam. Saking mudahnya, yang memperkuat konsistensi mungkin hanyalah komitmen. Mungkin.

"Bagaimana jika nanti aku menua, dan tak lagi menarik? Karena fisik hanya bagian setitik."
"Tak masalah! Aku akan ada, kini dan nanti."

Dan, memang semudah itu timbul dan tenggelam ketika merasa kasmaran.

I met you in the dark
You lit me up
You made me feel as though
I was enough
We danced the night away
We drank too much
I held your hair back when
You were throwing up


**


Kemeja putih ini terasa sangat tidak nyaman, padahal ini adalah kemeja kesayangan. Pertama kali dikenakan saat bertemu di taman. Pertemuan (?) Dan kini genap hari ke seribuempatratusenampuluh, kembali dikenakan. Setelah sempat tertimbun diantara media penyimpan kenangan. 

Sekian jengkal berjarak, dan kamu mengenakan kemeja senada.

"Tak bisa dibicarakan kembali?" katamu tempo hari, kesekian kali.

Aku menggeleng, meski tahu kamu bukan cenayang untuk melihatku tak mengangguk. Kedua kali. Namun atas ribuan sinyal terkirim sebelumnya, olehmu tak terespon.

Then you smiled over your shoulder
For a minute I was stone-cold sober
I pulled you closer to my chest
And you asked me to stay over
I said, I already told you
I think that you should get some rest


**


Percaya pada perbedaan dapat dipersatukan? Aku percaya. Sama percayanya dengan teori bahwa bumi itu bulat. Berarti, itu tak terbantahkan bukan?

"Bubur ayam?"
"Tanpa--"
"Daun bawang, kedelai, kecap, dan ayam. Iya, kesukaanmu, bubur ayam tanpa ayam."
"Masih belum capek?"
"Untuk mengitarimu? Belum. Kemampuanku berotasi terhadapmu masih sejarak ribuan tahun cahaya."
"Berlebihan sekali."
"Sama berlebihannya dengan kamu yang selalu mencoba menghindar."
"Besok aku pergi."
"Aku tunggu ya."
" ... "


I knew I loved you then
But you'd never know
'Cause I played it cool when I was scared of letting go
I knew I needed you
But I never showed
But I wanna stay with you
Until we're grey and old
Just say you won't let go
Just say you won't let go


**


Ada bagusnya ketika tak benar-benar berusaha, sementara belum semua yang percaya. Minimal, tak ada sosok mungil dengan mata indah yang dikorbankan. Dan kamu, bisa pergi dengan segala kebebasan. Ya, aku tahu itu. Kini seratusenam hari yang tenang. Meski cukup sepi.

"Dia janda," 

Aku hanya pura-pura tak mendengar stigma sosial berlebihan tentang istilah yang baru melekat. Bahkan meski yang berbisik diantara kangkung ranum, tomat, dan sesisir pisang adalah satu-dua ibu jobless berdaster. Minimal, aku tak hanya duduk manis menggerogoti kantong priaku.


I wake you up with some breakfast in bed
I'll bring you coffee
With a kiss on your head
And I'll take the kids to school
Wave them goodbye
And I'll thank my lucky stars for that night


**


Masih menunggu. Diantara pesan singkat yang tak dibalas.


**


Masih tak peduli. Dengan kisahku yang dibingkai sesukanya dalam pikiran mereka.


**


Karena jatuh cinta itu nyata.

When you looked over your shoulder
For a minute, I forget that I'm older
I wanna dance with you right now, oh
And you look as beautiful as ever
And I swear that every day you'll get better
You make me feel this way somehow



**


Karena sakit hati itu fakta.

Then you smiled over your shoulder
For a minute I was stone-cold sober
I pulled you closer to my chest
And you asked me to stay over
I said, I already told you
I think that you should get some rest


**


I'm gonna love you 'til
My lungs give out
I promise till death we part
Like in our vows
So I wrote this song for you
Now everybody knows
That it's just you and me
Until we're grey and old
Just say you won't let go
Just say you won't let go





Rabu, 18 Januari 2017

Menjadi Debu

Ini bukan jenis hari yang akan coba kau perjuangkan. Dan ada beberapa alasan yang mungkin menurutmu tak masuk akal. Ketika kau mencoba tak mempermasalahkan faktor lain di luar kendali dan gagal.

Ini bukan jenis hari yang sengaja ingin kau jadikan kelabu. Tak akan ada yang pernah meminta kehadiran panas sekaligus hujan dalam satu waktu.

Dan mungkin,
Ini bukan jenis hari yang akan cukup kuat kau lewati. Ketika bahkan sekedar untuk memejam mata saja terasa kejam dan tabu.

Dan saat ini adalah tentang persepsi. Dan jika kau merasa tak sanggup lagi. Dan meski ada pepatah untuk selalu mengingat perjuanganmu sejauh ini sebelum benar-benar beranjak pergi. Dan meski logika tak selalu sejalan dengan hati.

Ingatlah bahwa kamu memang masih punya hati. Bukan untuk memamerkan emosi. Namun karena kamu kamu memang seberharga ini.



badai tuan telah berlalu
salahkah ku menuntut mesra
tiap pagi menjelang kau di sampingku
ku nyaman ada bersamamu
selamanya sampai kita tua, sampai jadi debu
ku di liang yang satu, ku di sebelahmu

badai puan telah berlalu
salahkah ku menuntut mesra
tiap taufan menyerang kau di sampingku
ku aman ada bersamaku

selamanya sampai kita tua, sampai jadi debu
ku di liang yang satu, ku di sebelah mu


**


Dan memang, ini bukan jenis hari yang akan coba kau perjuangkan. Dan ada beberapa alasan yang mungkin menurutmu tak masuk akal. Ketika kau mencoba tak  mempermasalahkan faktor lain di luar kendali, namun menjadi sedemikian lelah ketika mencoba mencerna dan memahami.

























I can do this all day long, but I can't. Tribute to stupid dateline.

Minggu, 15 Januari 2017

L.O.V.E di Breaux Bridge





Ini bukan bar. Ini bukan gerai kedai kopi ternama. Tak ada whiskey, wine, espresso, atau cocktail. Tak ada pendingin udara hanya jendela seadanya. Makanan? Tak ada chicken katsu, tenderloin steak, atau sekedar french fries

Ini hanya warung seadanya.

L is for the way you look at me


**


Bapak pernah berjanji, kelak anaknya ini akan dibawa ke restoran cepat saji, seperti anak teman-temannya yang bekerja di kota besar. Menikmati limpahan minyak kotor dan penuh lemak seharga puluhan ribu. 'Membeli kapitalisme,' begitu kata Bapak. Saat itu aku tak benar-benar mengerti. Apa yang dapat kamu harapkan dari pemahaman anak sekian tahun ketika mendengar kata 'kapitalisme'? Hehe.

"Non, temulawaknya satu. Dengan es."

Bukan pria parlente. Hanya seorang pengunjung biasa, dengan kaos kasual dan sneaker bersih. Masih ada lipatan di celana jins nya. 

"Ubi gorengnya nggak sekalian, Mas?" aku berusaha menawarkan.

Dia menggeleng sambil membuka tudung saji eceng gondok. Favoritku. Aku membelinya dengan harga cukup murah. 

"Ini saja." dengan semangat ia menggigit bakwan yang masih panas.

"Silakan," segelas es temulawak tersaji di hadapannya.

 O is for the only one I see

Nggak pahit? Mungkin kamu mengernyit. Nyatanya tidak, ya. Ia rutin memesan es temulawak meski racikan itu bukan menu spesial di warungku ini. Lalu, apa yang spesial dari warung seadanya ini?

"Beras Kencur Madu nya satunggal, Mbak."

Aku tersenyum. Tak banyak yang memahami bahasa jawa disini. Mungkin pria ini salah satunya. Parlente kah dia? Hei hei, coba harapan akan membaca karakter pria parlente bermobil pardole (meminjam istilah teman yang nyeleneh, haha) sedikit dihempaskan ke bumi. Ini memang bukan plot penuh gaya hidup ala jetset. Maaf. Nah, masih ada waktu bagimu untuk menutup browser tab, menghemat paket data, dan kembali browsing plot cerita impian yang lain :) 

Sebut saja Bambang. Itu, si pemesan beras kencur madu. Mungkin ia adalah pengunjung sambil-lalu, pada awalnya. Sambil-lalu, karena saat itu kebetulan ia mampir di cuaca berangin yang teramat sangat, sedikit pelarian dari gerai kedai kopi favoritnya yang mendadak tutup, di seberang warung. Dan kini Bambang menjadi pengunjung cukup reguler. Seminggu dua kali. Selasa dan Sabtu. Cukup reguler, lah ya.

V is very, very extraordinary


**


"Wah, enak iki." 

Pagi ini aku tengah bereksperimen membuat kembang goyang dan kue-ku. Ada yang masih ingat? Sudah kalah pamornya memang, dari bakery-cakery yang menjamur di tiap sudut jalan. 

Ada beberapa tester yang bersedia meluangkan waktunya saat aku iseng mengirimi mereka pesan singkat,

'Jajanan lawas, anyone?'

Ada tiga-empat orang berdesakan di pawon (tak terlalu pawon sebenarnya, namun lidahku masih saja terlalu kaku untuk menyebut pantry) warung seadanya ini. Bambang dan pria penggemar pahitnya temulawak, tentu menjadi salah duanya.

"Kamu nggak pengen buka warung di ujung gedung itu, Ni? Harga sewanya rada murah. Strategis pula."

Aku meringis. Bukan cuma sekali dua kali hal ini ditanyakan. Dan rajin pula kujawab,

"Biarlah tempat ini ditemukan tanpa sengaja. Jika berjodoh pasti ketemu. Hehe."

Tenang Pak, anakmu ini akan memegang janji sampai kapanpun. 

 E is even more than anyone that you adore can


**


Warung seadanya tutup hari ini. Memang tak ada tulisan 'closed' tertera di depan pintu. Tapi siapapun yang pernah mampir kesitu pasti tahu bahwa warung ini sedang diam membisu. Tak ada suara merdu Frank Sinatra--satu-satunya penyanyi yang entah sudah berapa ratusan ribu kali single nya diputar menemani meracik jamu. 

"Tutup to?"
"Iya."

Love is all that I can give to you
Love is more than just a game for two
Two in love can make it
Take my heart and please don't break it
Love was made for me and you



**


'Nduk, bali dhisik. Bapak lara.' 

Pesan singkat kakak laki-lakiku, cukup membuat pagiku yang tenang mendadak amis, berantakan, dan berhamburan. STMJ yang sedang kuracik tumpah, beserta sebutir telur yang sedang setengah kutuang. Kalang kabut, aku kesana kemari mencari tiket penerbangan pertama ke tanah kelahiran. 

L is for the way you look at me
O is for the only one I see
V is very, very extraordinary
E is even more than anyone that you adore can



**


Breaux Bridge dipenuhi daun berguguran September itu. Hei, apa kabar Lousiana? Dan apa kabar, warung seadanya? Bambang, dan pria temulawak?

Tanah disekitarku masih menggenang becek, sisa hujan yang cukup deras. Aku menggigil. Breaux Bridge dan Gunungkidul tak jauh berbeda tentang kualitas angin. Sekali menyenggol maka bulu kuduk akan berdiri. 

"Bapak, kula pamit rumiyin nggih." 

Kali ini teman Bapak adalah setangkai bunga sedap malam.


**


Love was made for me and you
Love was made for me and you
Love was made for me and you
Love was made for me and you









Minggu, 01 Januari 2017

f r e k u e n s i



"Kamu percaya kekuatan pikiran?"
"Aku percaya, namun aku tak percaya bintang jatuh yang mengabulkan harapan."
"Karena kamu tak bisa bermimpi?"
"Karena aku realistis."



**



Mana yang lebih menyenangkan, antara menghabiskan waktu dengan seseorang yang keren, asyik, dan memiliki stok kesenangan segudang namun berbeda seratusdelapanpuluh derajat, atau seseorang yang lebih suka menghabiskan waktu di tumpukan buku berbobot namun berdebu, dalam diam menyesap kopi seharga tiga ribu, namun sejalan denganmu? 

Jawabannya?
Terserah kamu.



**



Remember the day I set you free
I told you you could always count on me darling
From that day on, I made a vow,
I'll be there when you want me,
Some way, some how
 


Ketika setiap orang memiliki preferensi masing-masing, menjadi sama atau berbeda hanya label.



**




"Coba kamu bacakan arah peta ini, setelah ini kita ke arah mana?"
Kamu mengulurkan telepon genggam, yang sedang sibuk re-loading navigasi. Dan aku menelan ludah.
Aku, masih sibuk memutar-mutar arah telepon genggam milikmu, sedikit berharap dengan diputar maka berfungsi serupa kompas. Menunjuk utara? Mm, selatan?
"?"
"Ehm, navigasiku buruk. Kemampuan spasialku tak bagus. Nanti kita bisa nyasar..."
Dan kamu menarik napas panjang, mengambil lampu sen ke kiri.
"Sini, sudah biar aku saja."



**



Giliran aku menarik napas panjang. Ini Sabtu siang. Sedikit panas untuk menjejak kaki keluar rumah, namun terlalu sayang untuk sekedar berselonjor mengurai lelah. 

"Ini kenapa berantakan begini?" kepalaku nyaris pusing melihat tumpukan baju di ujung meja, beberapa mangkok tergeletak, dan kipas angin yang mendadak enggan bergerak.
Kamu diam. Merasa bersalah. 
"Ya Sudah. Tolong--"


Listen baby, ain't no mountain high,
Ain't no valley low, ain't no river wide enough baby
If you need me call me, no matter where you are,
No matter how far, don't worry baby
Just call my name, I'll be there in a hurry
You don't have to worry,

 



**



Hari Minggu kesekian.

Tanganmu tak berhenti membantu mata mencari keping DVD incaran. Aku? Tak mau kalah, sudah ada lima keping DVD berpindah ke depan, menuntut coba diputar. 
Hari masih panas. Dan dua gelas teh manis belum cukup menetralisir. Namun kamu tertawa. Dan aku tak kalah sumringah juga. Ini hanya satu-dua buah film yang kami tonton bersama. Ya, sekedar pengisi waktu luang dengan minat senada.

Ah, ini bukan masalah berbeda atau sama. Namun ritme yang ada akan disamakan pada frekuensi keberapa?




Don'tcha know that there
Ain't no mountain high enough,
Ain't no valley low enough,
Ain't no river wide enough
Ain't mountain high enough
Ain't no valley low enough





Selamat sore, mari berjuang berdua.