Jumat, 27 September 2019

Dunia Saat Ini


Pada beberapa titik, dunia maya itu melelahkan. Sungguh.

Saya bicara begitu lebih karena saya mengalaminya; segala unsur psikosomatis akibat paparan berita yang terlalu negatif.

Betul, berita negatif memang sangat mudah dijual (dan digoreng). Namun ternyata, sangat mudah juga 'menyerang' kesehatan jiwa.

"Ah, mental kamu lemah berarti."

Ahahaha. Mungkin ya.

Tidak cuma sekali saya mendiskusikan ini dengan Bapak Rugrats, bahwa menjadi bahagia di masa seperti sekarang ini bisa jadi sangat sederhana atau bahkan sangat rumit. Saya mengalaminya.

Dan ketika saya sering merasa panik mendadak, saya tahu ada hal yang harus saya lakukan.

Ada serangkaian akun di media sosial yang terpaksa saya unfollow, sejumlah tautan otomatis yang saya skip saat membaca kata kunci yang memicu rasa panik, dan lebih banyak membenamkan diri di proyek-proyek gambar. Saya akui, menggambar masih menjadi bentuk penenang yang sama efekifnya dengan Xanax.

Beberapa tahun lalu, saya pikir microblogging adalah hal luar biasa. Tapi setelah semua orang seakan mempu berpendapat tanpa tahu benar atau salah, berdasar atau tidak, rasanya itu semua menjadi semakin mengerikan.

Kadangkala saya tak paham cara kerja dunia ini.

"Itu biasa." kata Bapak Rugrats.

Biasa, namun dalam dunia kecil saya, yang terjadi adalah sebaliknya. Entah kenapa saya selalu percaya bahwa kedamaian adalah benar ada, bahwa seharusnya alam dan manusia bisa bersinergi bersama, bahwa menjadi orang baik adalah selalu menjadi pilihan mutlak. Namun tak semua orang berpikir hal yang sama. Ada banyak sekali kepentingan yang terjadi di luar sana, banyak sekali hal-hal tidak penting yang bersinggungan--yang sayangnya, menyengsarakan banyak orang.

Memikirkan itu semua, kepala rasanya sedemikian pening.