Jumat, 22 April 2011











***






Dengan segelas kopi besar, pahit, nan panas. Aku menyarukkan kekentalan itu ke dalam kerongkongan. Membiarkannya membakar perih yang timbul tenggelam. Tak peduli bila kelak kopi itu akan membunuhku. Toh, orang lain juga tak peduli. Semakin pahit, semakin tajam. Menghirup aromanya seakan mengental.

***

Dalam lelehan biji cabai yang tampak mengancam. Papilla yang berusaha menghindar dari amukan. Semakin pedas, semakin panas. Apakah biji cabai bisa menyebabkan usus buntu? Maka aku akan menelan cabai sebanyaknya, membiarkan organku bekerja. Menyapukan padasnya ke seluruh persendian, menggiring kesal, cemas, amarah… maka semua itu akan ikut terkubur di dalam usus. Berkoloni dengan bakteri.



***







Tidak ada komentar:

Posting Komentar