Tampilkan postingan dengan label kuliner. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label kuliner. Tampilkan semua postingan

Selasa, 08 Mei 2018

Legit : A Hidden Gem




A sweet escape.
Ini adalah keyword favorit saat jenuh atau sedang butuh penyegaran. Terimakasih kepada grup WA Yogyakarta Local Guides, atas lingkaran relasinya membuat saya 'menemukan' tempat keren seperti ini :)



Legit.

Namanya Legit. Saya tak sengaja menemukan akun media sosial tempat ini, dan langsung jatuh cinta dengan segala aspek hijaunya. Segar! Ada pertimbangan tertentu saat saya merencanakan agenda makan bersama keluarga. Lidah keluarga saya tergolong tradisional--lebih menyukai jenis makanan yang familiar, misalnya masakan jawa--penyajiannya cepat. Saya pribadi menyukai tempat yang bersih dan sejuk, agak risih juga semisal gerah karena sungguh tak nyaman makan sambil kepanasan. IMO.


Pintu masuk yang 'segar' dan eye-catching.


Berbekal google maps, kami meniatkan hati mengunjungi tempat ini, tepatnya sekitar pukul tiga sore. Letaknya persis di samping Cimoll dan sebelum Tengkleng Gajah--jika kalian lebih familiar dengan kedua tempat tersebut. Nyaris kelewatan, karena tempatnya cukup kecil dan tidak sebesar dugaan awal. Untuk parkir mungkin muat sekitar tujuh hingga delapan mobil. Namun keterbatasan parkir tersebut terkompensasi oleh tempatnya yang seru! Saya jatuh cinta.



Penataan menu yang semi prasmanan.

Begitu masuk ke dalam, kita langsung disambut dengan semacam 'meja' prasmanan yang tertutup setengah kaca. Saya mengasumsikan tempat tersebut seperti dapur terbuka. Seorang pramusaji mendatangi kami dengan membawa lembar menu. Jadi, serunya adalah kita bisa memilih antara menu pedas atau tidak pedas, beserta seberapa banyaknya. Menunya cukup variatif, dengan pilihan satu atau setengah porsi. Karena penasaran, kemarin kami 'sedikit' kalap dan memesan beberapa menu setengah porsi--yang menurut pramusaji cukup untuk satu-dua orang. Okelah. Pilihan nasi ada tiga--kalau tidak salah ingat--nasi gurih, nasi putih, dan nasi merah. Sayang nasi gurihnya habis. Setelah memesan, kami kembali ke meja karena menu akan diantarkan kemudian.


Beberapa menu yang tersaji. Sayang kami tak mencoba menu berkuahnya samasekali.


Salah satu sudut duduk. Sejuk.

Legit memiliki beberapa opsi area makan, indoor dan outdoor. Gambar di atas adalah area makan indoor. Letaknya tepat setelah kita memasuki pintu. Kebetulan kami memilih area outdoor. Sudah sempat khawatir jika panas. Ternyata tidak.


Jalan setapak yang menghubungkan dengan beberapa titik duduk.


Area outdoor - gazebo.
Area outdoor yang kami tempati berada di sebuah gazebo dengan total empat meja. Serunya lagi, meski outdoor, gazebo ini turut dilengkapi colokan di beberapa titik. Asli, memfasilitasi kegemaran millenial masakini yang sukar jauh dari segala gadget.

Gazebo ini dikelilingi oleh tanaman yang ditata dengan apik. Selain itu, dekat sekali dengan kamar mandi yang bersih plus musholla yang cukup nyaman. Aduh, makin jatuh cinta.



Foto ini diambil tepat dibalik dinding batako pemisah dengan area kamar mandi. Iya, super iseng!


Langit-langit gazebo yang dibuat sedemikian rustic. Aww, I'm melted!


Area kamar mandi. Di depannya ada kaca superbesar yang menjadi favorit A.


Never enough, huh, kid?


Menus.


Oke, saya sudah jatuh cinta sekali dengan interior-eksteriornya. Bagaimana dengan menunya? So far so good. Sejak berniat kemari saya sudah merendahkan ekspektasi. Sekilas melihat review saya pikir menunya merupakan menu ala jawa yang sedang hits seperti sayur lodeh, tempe garit. Ternyata tidak! Mata saya berkilat-kilat demi melihat deretan menu berwarna kemerahan. Dominasi rasanya tidak manis, cenderung gurih-asin. Yang jelas tidak manis! Suka~ oya, kerupuk yang dimaksud di lembar menu adalah kerupuk udang yang kecil-kecil itu yak. Saya sempat salah mengira kerupuk aci dalam toples ala warteg. Hahaha. Oiya, untuk nasi porsi satu nya itu porsi kuli ya! Adik saya saja menyerah begitu melihat seporsi nasi yang menggunung. Bisa untuk berdua bahkan bertiga, kok. Minumannya juga disajikan dalam gelas-gelas besar.

 Nah, berikut beberapa menu yang saya pesan dan sempat saya foto, 




Ayam suwir. Cukup enak, sekilas seperti ada irisan serai/kecombrang. Rasanya cukup pedas


Kering tempe-teri. Tidak pedas. Cukup.


Tumis Leunca-Oncom (?). Not big fan of oncom. Saya sih tidak suka. Sowwry~


Paru Balado. Saking sukanya dengan paru, saya memesan satu porsi. Oya, ada irisan cumi asinnya juga. Cukup. Untuk parunya sedikit kurang empuk.


Sambal Goreng Ati-Kentang. Cukup.

Beberapa menu lain yang kami pesan adalah Oseng-oseng (atau tumis?) Lidah, Sayap Ayam Tomat, dan Kikil. Surprisingly, yang menjadi primadona adalah si lidah. Diiris tipis-tipis, dan dibumbui dengan baik.

Well, secara keseluruhan cukup oke sih tapi. Tempatnya oke, untuk masakan bisa lebih 'berani' bumbu sedikiiiit lagi. Mungkin karena pada dasarnya saya memang suka masakan yang berempah yak. Hehehe. Saran saya kalau datang di luar jam makan, karena kemungkinan besar ramai. Plus tempatnya tidak terlalu besar, khawatir penuh jika datang di jam-jam krusial lapar. Yang jelas, bagi yang sedang bosan dengan menjamurnya usaha kopi plus masakan lodeh-tempe garit, tempat ini bisa sekali jadi alternatif.

Overall, it's a gem!




Gazebo, dilengkapi kipas angin. Niat sih kalau saya bilang.


Gazebo.






Legit, Dapur & Kebun
Jl Sidomukti Dusun Tiyasan Condongcatur, Depok, Sleman, Yogyakarta 55283
Telp 081514612395

Open Everyday 11.00 - 23.00











Selasa, 11 Juli 2017

#yangtersisa dari Mudik Nekat 1438 H




Mudik beneran pakai mobil dan berduyun-duyun seperti orang-orang, merasakan euforianya setelah entah berapa abad menghindari itu...hits! Padahal biasanya hobi ngecengin mereka yang niat banget mudik belasan jam demi keluarga handai taulan di kampung halaman. Yang lebih lebih, ini tanpa persiapan. TANPA. Alhamdulillah dikasih lancar ya Allah. Tapi nggak kalau diulangi lagi dalam waktu dekat (kayaknya).



Buku yang sukses menemani sepanjang perjalanan di sela-sela Cupis minta pangku, minta di puk puk, minta bikin susu. Bukunya bagus! Lebih banyak mengulas branding sih. 











Untung anaknya kooperatif. Paling rewel-rewel ringan yang begitu diajakin bercanda langsung on lagi. Kamu keren, Nak! 



Mudik lama perdana, melewati jalan tol fungsional Batang (?) yang masih jauh dari sempurna tapi sangat alhamdulillah karena ada. Dari yang awalnya excited menikmati jalan yang bergelombang macam roller-coaster, hingga bosan-jenuh-emosi karena berasa pisan jauhnya di ujung mata.


"Ini jauh dari standar per-tol-an nggak sih?" tanya saya pada suami yang memang anak Teknik Sipil. Bikin JORR kan dulu makanannya pas magang kuliah, kan? Pertanyaan basa basi biar ada topik aja, karena doi sudah nyanyi nyanyi nggak jelas--tanda mulai mengantuk. Deh, memang bukan mental supir AKAP malam hari dia. Jadi rada ngeri-ngeri sedap kalau perjalanan jarak jauh begini *sigh*
"Jauh sih, tapi yang udah lumayan deh."

Setelah entah berapa jam yang panjang dan pegal, akhirnya keluar dari tol dadakan tersebut dan masuk ke daerah Waleri, Kendal, Jawa Tengah. Lapar? Lapar!!

Mampir ke asal-tunjuk lesehan. Niat utama ingin sop yang hangat-panas, akhirnya memesan something-hype (katanya) di Waleri situ : Sate Ayam! Ih asli, ginuk-ginuk bahagia gitu dagingnya. Nyenengke, kalau kata orang jawa. Dan enak! Yang sop pas dicicip mah lebih pas disebut Sop balungan Ayam. Kalau balungan sapi atau kambing sip sih, kalau ayam kok rada wagu demikian. 

Hingga perjalanan dilanjutkan dan KZL sendiri macetnya justru pas akan masuk kota Yogyakarta.  Stuck-stuck-stuck! Ini nih, hasrat segera menyentuh rumah Jogja sudah sedemikian di ubun-ubun!


__



And finally, Jogja!


Pantai, pagi hari. 
Ah, selalu suka jalanan Jogja setelah sumpek sama jalanan kota tinggal. Mau jauh kayak apa juga tetap terasa dekat. Sampai tetap nggak enak klakson sembarangan kalau disini mah. Lengang begitu. 

Blue, what a blue sky. Ini jalanan akses menuju deretan pantai selatan Yogyakarta. Duh. Bandingkan dengan jalanan menuju surga pantai Gunungkidul yang selalu super padat saat libur panjang begini. Ekspansi plat B! 



Retribusi.
Masak sih lebih pilih Disneyland? :d Iye, masih 'murah' sih. Dan semoga meski murah Pemda dan warga setempat tetap bersemangat merawat area wisata semacam ini. Aminn.
Destinasi pantai kali ini yang dekat karena super kejar-kejaran sama tenggat waktu.
Pantai Goa Cemara.
Kata adek sih yang lagi 'bagus' yang ini. Kalau Pantai Depok atau Parangtritis sudah khatam banget lah ya. Sedihnya, Parangtritis kini kotor oleh sampah :( rajin-rajin bawa plastik sampah sendiri deh kalau lagi 'bertamu' begini.



 


 Khas pantai selatan, ombaknya selalu besar. Jadi selalu ada larangan untuk bermain apalagi mandi sampai ke tengah. Padahal sebenarnya kalau rada jeli, batas antara pantai dengan laut cukup jelas, warnanya cukup kontras :) 





 



 


 
Apa maksud foto ini? 
Nggak ada. 
Semacam menegaskan bahwa Lebaran bisa dimanapun, kok. Hahaha. 





Anaknya jijikan (kayak siapaaaa? hahaha). Pas mau turun menginjak tanah aja dia bertahan angkat kaki tinggi-tinggi gelantungan emaknya. Baru setelah emaknya mengotori diri dengan timbunan pasir, Cupis mulai ikutan heboh. Zzzt!



 















Masih, mandatory place ketika waktu berkunjung hanya 1 X 24 jam. Arrrrrghhhhhh!

Rujak es krim legend. Berdiri sejak lama sekali. Kayaknya ada pas masih TK deh, jaman rumah orangtua masih kontrakan sepetak di belakang Puro Pakualaman. Time flies!











 Kudapan wajib dari tetangga : tape ketan ijo featuring emping
Nyes-asem-krenyes.
Enak loh ini.
Jarang-jarang yang jual atau bikin (kayaknya) karena sudah tergantikan dengan kue pabrikan.


___



Sedih ya, cepat sekali. Dan masih hutang satu lokasi halal-bihalal lagi dari pihak bapak suami. Purworejo.


Purworejo.


Inget Smallvile? Asli, ini mengingatkan Smallville. Rerun?















Terakhir masak pakai alat masak begini jaman-jaman KKN, nih. Asli effort memang. 
Tapi masak lontong opor pakai anglo begini hasilnya super yumm deh.



Macam Kuntum Farm Nurseries di Bogor, kan? Kan? Kan? Yang penasaran Kuntum kayak gimana, klik disini.





















Pernah mainan begini? Daun singkong dijepit diantara pangkal ibu jari, lalu ditiup kuat-kuat. Suaranya mirip suara kentut. Ini si Cupis kesenengan sendiri, coba-coba tapi nggak bisa. Haha. Senang itu bisa murah ya, Cupis! 


















Ini garu, alat yang terbuat dari kayu. Fungsinya untuk meratakan padi yang dijemur.






 Induk ayam ini protektif sama telurnya (iyalah!). Cupis sampai mlipir-mlipir. Pertama kali lihat dengan mata sedekat ini ayam bertelur ya Nak!

Sampai jumpa lagi, Purworejo!


---


Gringsing.
#dibuangsayang Es Dawet Ireng yang cukup ditebus dengan empat lembar uang seribuan saja. Maka nikmat mana yang kamu dustakan? Senja yang macet dengan berderet-deret kendaraan berplat B, nyaman disimak sambil menyesap es dawet homemade sambil ngobrol ngalor-ngidul. Kind of perfecto! 



___




Kapan ke Jogja (dan sekitarnya) lagi?