Rabu, 06 November 2019

[Walk-the-Talk] : Kebaikan dalam Sebuah Rantang Gratisan








Tulisan ini barangkali adalah hutang terlama saya sejak awal tahun. Terlebih setelah hiatus lama pasca-melahirkan ditambah domain yang satu lagi tak terurus. Jadilah, rutinitas Walk-the-Talk tempo hari saya lanjutkan di sini.

So, here we go.



**


Saya tanpa sengaja menemukan akun @anakkostlaparmedan saat saya iseng mencari tentang informasi katering rumahan. Dan berakhir dengan rasa penasaran karena kok ada yang kepikiran untuk berbuat semacam itu.

Ada banyak sekali pertanyaan dalam benak saya setelah mengobrol panjang dengan Putri--pemilik akun ini. Yang paling utama adalah, bagaimana mungkin kamu bisa percaya dengan orang--dalam hal ini adalah mahasiswa--yang mengaku lapar sekian hari tidak makan untuk mendapatkan makanan, GRATIS?



**



@anakkostlaparmedan , diinisiasi oleh Putri dari Bali. Kebetulan ia memang tinggal di Bali, sementara keluarga besarnya tinggal di Medan. Alasannya sederhana, konon saat ia kuliah dulu, ada temannya yang tak memiliki uang untuk makan padahal si teman adalah pribadi yang pintar secara akademis.

Hal sederhana (dan mungkin bagi sebagian orang terkesan klise) tersebut, akhirnya bergulir menjadi sesuatu yang lebih besar. Dalam praktiknya, Putri tidak bekerja seorang diri. Ia dibantu keluarganya, dimana sang kakak yang memiliki katering pun turut serta membantu prosesnya.

Saya lumayan kaget, ketika tahu bahwa sasaran akun ini tidak hanya  anak-anak kuliah yang dikenal (inner circle's founder)--tapi SIAPAPUN.

Bayangkan saja, siapapun bebas menghubungi kontak @anakkostlaparmedan di jam berapapun (begitu obrolan terakhir kami) semisal dia lapar. Nantinya ada pilihan apakah si pemohon ini akan membayar (semampunya) atau gratis sama sekali. Yang lebih luar biasa, bahkan makanan bisa diantarkan semisal si pemohon sungguh tak mampu datang.



Tumpukan menu yang siap diantar atau diambil langsung.



Huhu, hati kecil saya tentu protes keras mendapati hal yang terkesan tidak realistis ini :")

"Mbak, bagaimana kalau kamu sampai dibohongi?"
"Nggak rugi kah, Mbak?"
dsb, dsb :(

Menurutnya, ada sejumlah cara untuk mengetahui apakah si mahasiswa berbohong atau tidak. Namun menurut saya pribadi, ada campur tangan Tuhan disini yang membantu. Just because she's a kind-hearted person :)

Terus terang, ada banyak hal yang saya obrolkan dengan Putri. Dari proses memasak, perputaran uang--mengingat konsep dari gerakan ini adalah semacam sedekah, hingga mimpi-mimpi. 

Akun ini, dibangun atas dasar kekeluargaan. Kak Ledy--sang kakak, membantu dengan memasak (psst, kalau iseng mampir ke akun anakkostlapar dan melihat deretan foto menu menggugah selera, itu lah masakan Kak Ledy :)), lalu si Abang pun yang mengantar paket makanan semisal dalam kondisi khusus.

Nah, namun meski 'kekeluargaan', gerakan kecil ini memiliki kas tersendiri dengan metode subsidi silang. Lebih lanjut, konsep kebaikan ini bercita-cita tak hanya berhenti pada rantang makan, namun cakupan yang lebih luas. Bergerak dalam misi kebaikan seperti ini tentu tak mudah. Kepercayaan pun juga tak semudah itu di dapat. Bahkan tak hanya sekali dua kali kebaikannya disalahgunakan. Yah, tapi hal itu rupanya tak menyurutkan semangatnya untuk '?membesarkan' gerakan ini.

"Kami ingin kelak bisa lebih terbuka lapangan kerja yang lain untuk anak muda, Mbak. Entah itu laundry, menjual kaos, apapun." katanya.



Mereka yang datang, mereka yang lapar.
Saya terkadang masih tak habis pikir bagaimana kebaikan bisa bekerja  demikian ajaib,
di hati beberapa orang.



Kalimat itu terus terang membuat saya lumayan tersentak. Fisik yang sehat nan aktif, adalah nikmat tertinggi yang dimiliki seseorang dalam rentang usia dewasa muda, kan? Dimana seharusnya kerja keras dengan cerdas adalah satu-satunya jalan untuk 'hidup', menolak nglokro--lesu, kalau kata orang jawa.

Ironis memang, karena tak hanya sekali dua kali pintu mobil diketuk sejumlah pemuda yang memilih sekedar meminta-minta. Atau dalam kondisi yang lebih baik, keluhan tak berujung di sebuah kubikel kala mendapat 'sedikit' teguran dari atasan karena satu kesalahan lalu berlanjut pada status-status tak senonoh di media sosial *eh

Ah, mengambil sisi positif atas suatu hal memang tak selalu mudah :')

Barangkali cita-cita Putri terkesan idealis, namun toh ia memulainya dalam tindakan-tindakan kecil yang terlihat.

Kita, bagaimana?



**



Untung rugi, seyogyanya memang relatif. Namun berbuat baik, adalah pilihan yang bisa dilakukan siapapun. @anakkostlaparmedan , muncul tidak hanya karena alasan pertemanan. Namun lebih lanjut, sebagai bentuk refleksi perempuan lulusan D3 Pariwisata - Usaha Wisata USU ini atas rasa syukur atas apa yang dimiliki sekarang.

Juni tahun lalu, ibu Putri berpulang. Hancur? Tentu. Dulu ia merantau ke Bali bukannya tanpa alasan. Menyenangkan Mamak--begitu ia memanggil ibu--adalah tujuan utamanya. Bahkan hasil kerja keras telah ia sisihkan sedemikian rupa untuk mengajak sang ibu ke Singapura.

"Setibanya sudah terkumpul uang, Mamak justru dipanggil Tuhan. Terpikir untuk apa semuanya saya lakukan toh juga Mamak sudah tidak ada. Saya keluar dari pekerjaan, pindah dari kos lama, hanya karena kenangan akan Mamak yang sedemikian kuat."

Dalam proses recovery yang tak mudah, pada akhirnya Putri mulai membuka diri kembali. Ia tergerak untuk bangkit , demi menyadari bahwa alasan dia hidup bukan hanya untuk sang Mamak, namun juga untuk banyak orang :)

Ah ya, saya sempat pula mengintip channel YouTube-nya disini. Awalnya saya pikir isinya hanya sekedar tentang daily life-nya selama di Bali. Eh tidak loh. Bahkan ada serangkaian 'amunisi' A-Z tentang bagaimana ia bisa bertahan di  Bali dari nol :)

Beberapa orang mungkin akan berkomentar remeh,

"Elah, sudah banyak kali yang seperti itu. Yang lebih ABCDESZ, banyak! Apa istimewanya?"

Istimewanya, ia memulainya dengan satu langkah nyata. Tidak sekedar nyinyir, tidak hanya berkomentar atau perang jempol di media sosial.

Istimewanya, ia merangkul semua orang yang mungkin tidak ia kenal, ia membagikan 'cara' menemukan kebahagiaan melalui kerja keras dan berbuat baik.





Menu masakan rumahan. Duh, saya saja lapar melihat foto ini :")
 Terlihat sederhana, namun sebenarnya sungguh lebih padat gizi dari pada menu-menu siap saji
ala jaringan kuliner ternama :')



She's one of a kind.



**



Saya masih dan selalu percaya, bahwa berbuat baik memang seharusnya tidak pernah melihat latar belakang apapun. Menjadi baik, ya baik saja. Kepada semua orang, kepada setiap makhlukNya. Tanpa perlu ditimbang untung ruginya, anggap saja sebagai tabungan di akhirat nanti.

Dan lagi-lagi, menjadi baik itu sangat mudah. Lakukan saja. Karena yang paling adil membuat penilaian baik/buruk, halal/haram, pantas/tidak bukanlah manusia/netizen yang terhormat/warga negara berflower/warga +62, namun Alloh--pemilik semesta alam.



@putripablo















1 komentar:

  1. Terharuu ada orang baik yang mikirin anak kost lapar terus dikasih maem gratis. Inget dulu di kampus ada anak yang dia kayak serabutan nerima job apa aja asal dibayarin makan di burjo, mulai dari bantuin ini, bantuin itu. Entah emang karena gak mampu atau dia irit atau dia memang suka gratisan, tapi ya emang kasian sih. Semoga kebaikannya Putri menular ke orang-orang lain juga yah.

    BalasHapus