Minggu, 01 Mei 2011

Bukan Komersil, kok!




Seseorang bertanya kepada saya, 
"Kenapa kamu nggak masukin tulisanmu ke mana kek, koran kek, tabloid kek..."
"Ngapain?"
"Biar dapet duit!"
"..."
"Lah, kamu nulis dimana aja?"
"Di blog, fb (barangkali)..."
"Lah, ngapain?! Sia-sia..."

Sia-sia dari sudut mana, sih, sebenarnya? Sisi dia, atau sisi saya? Saya biasa aja, lo. Dan lagi, kenapa sekarang apapun harus selalu dikaitkan dengan uang, ya? Jujur lho, tulisan saya busuk. Saya bahkan bakal terus inferior kalau tidak ada teman yang meyakinkan saya. Hehehe. Tapi toh, saya mah sebodo teuing mau dibilang blog saya kacangan kayak mana :)

Tulisan saya juga pernah ditolak. Saya patah hati sekali itu. Jadi saya kapok main sok komersil-komersilan karya. Terlepas dari itu, saya bikin blog--jauh setelah orang-orang terkontaminasi virus blog. Bertahun-tahun kelak setelah semua teman yang saya kenal pada terjangkit blogging, saya tersudut di antara rutinitas amat sangat membosankan : bergulat dengan tugas akhir. Dan saya, yang anak kemarin sore--melihat blog bak lifeguard Baywatch, membantu saya mengapung lagi setelah nyaris tenggelam. Blog ini, adalah aksi yang muncul secara dadakan. Itu saja. Bukan karena ikut-ikutan, ataupun niat ingsun sebagai batu loncatan (well, mungkin, tapi bukan sekarang, karena saya masih sangat menikmati proses pembelajaran ini). Saya posting sangat sering sekali, karena saya mengalami lompatan logika yang berhamburan begitu saja. Jangan tanya kenapa, saya juga tak tahu. But yes, I did. Saya menuliskannya.

Plus, posting salah satu penulis wanita favorit saya (dia juga mengutip beberapa poin dari buku Nge-blog dengan Hati) yang berusaha saya amini dengan sungguh-sungguh : 


             Tidak semua dari kita senekat Dika, atau sepiawai Ndoro Kakung. Tapi satu benang merah yang bisa kita lihat dengan jelas dari profil para blogger kawakan tersebut adalah : they write with passion. They write for a long run. Yang artinya, mereka menulis dengan semangat hati. Dan mereka tak berhenti. Formula sederhana itu dapat diaplikasikan pada kita semua. Tidak harus sering, tidak harus jadi posting yang populer, tidak harus bagus, tapi menulislah dari hati. Dan menulislah terus.


Tapi sekali lagi, hidup di tengah ketidaknormalan dalam mayoritas pikiran orang lain justru menjadikan saya abnormal. Parah.



*besok deh, saya bikin buku. Lo jual, gue beli! (awas kalau tu orang nggak beli) :p








2 komentar: