Senin, 21 Maret 2011

D’ Bagus : Varian Oseng-Oseng so spicy


Saya sebenarnya orang yang sangat suka makan. Makan apa aja. Speciality : menu yang bikin megap-megap saking pedesnya nggak ketulungan. Cabai, adalah wajib dalam dunia kuliner yang saya cicipi. Sama halnya Harry Potter yang kurang oke tanpa tongkatnya, bagi saya suatu menu belum lengkap tanpa ada kejutan pedas-pedas menggelitik. Dari sekian banyak favorit saya di Jogja, ada satu tempat yang sangat oke. Namanya D’ Bagus.

 
tampak depan warung tenda D' bagus
 
D’Bagus adalah sejenis warung tenda, satu dari sejuta warung tenda yang silih berganti menambah warna-warni kuliner Jogja. Warung yang terletak di Klebengan, utara pas Teknik Mesin UNY—menempati tanah lapang yang sepi di pagi hingga siang, namun menjadi hidup di kala senja. Warungnya membujur dari timur ke barat, dan terletak paling utara. Sebenarnya tidak ada yang istimewa dari warung tenda ini sekilas. Sama seperti warung kebanyakan disekitarnya, hanya terdiri dari tiga meja kayu sederhana, disertai beberapa bangku fiber, plus tikar bagi yang mau lesehan. Plus dapur seadanya khas warung tenda. Tapi, sekali mencoba menunya, bisa dipastikan pengen balik lagi (sudah saya buktikan, dan saya berhasil mempengaruhi beberapa teman, dan hasilnya sama seperti saya : ketagihan).
Menu andalan dari D’Bagus adalah oseng-oseng dan kremes, meski terdapat menu lain seperti aneka nasi goreng, sup-sup, dan seafood. Kalau saya, lebih suka oseng-osengnya. Kuahnya kental, dengan berbagai varian isi. Ada oseng seafood, oseng jamur campur, oseng orak-arik telur special, dan lain-lain. Aduh, lidah saya sampai bereaksi menuliskan menu tersebut *mupeng*
Buka sejak pukul 17.00 (tahap persiapan), dan menjelang malam (tapi jangan harap bakal menemukan menu-menu asyik jika Anda benar-benar mematuhi saya untuk datang menjelang malam, karena biasanya sudah ludes). Warung yang dikelola oleh sepasang suami-istri ini sangat mampu menyajikan menu yang menggugah selera. Pedas yang tepat, panas, dan sangat kental rasa bumbu—atau tepatnya—rempahnya. Kita tinggal menulis pesanan di kertas yang telah disediakan di tiap meja, dan memberikannya ke tukang masaknya. Jika Anda penggemar pedas, saya sarankan menulis menu dengan embel-embel pedas, atau kalau sudah terlanjur jadi, kita bisa minta sambal (atau irisan cabai rawit. Hmmm…)
Sekedar berbagi cerita, favorit saya sejauh ini adalah oseng-oseng orak-arik telur spesial. Berisi potongan sawi, irisan wortel, hati ayam, sosis, bakso, jamur, dan terkadang kalau beruntung ada potongan udang nyempil, disiram dengan kuah yang… mmm saya tidak bisa menggambarkannya dengan sempurna. Yang jelas. Pas dan mantab. Kental dan tajam.
Tentang harga? Well, kalau saya bilang pas kantong, bahkan mahasiswa anak kos sekalipun. Rata-rata menu dibandrol dengan kisaran 6000 – 15000 rupiah. Itu sudah plus nasi. Mungkin plus uang parkir seribu perak. Oseng-oseng orak-arik telur special saya seharga 8500 rupiah saja plus nasi dan taburan kerupuk. Itu sudah bikin kenyang loh. Sayang, saya lupa mengambil gambarnya. Kelak akan saya sisipkan disini agar Anda bisa melihatnya dan memimpikannya. Hehehe. Dan satu lagi yang disayangkan, karena keterbatasan tenaga dan tempat yang tidak permanen, warung ini tergolong cukup moody. Kadang buka, kadang tutup. Saya sendiri sudah berkali-kali menyambangi warung ini, namun berakhir kecewa karena tutup. Tapi kemarin saya berhasil mampir dan menunggu warung tersebut buka, menjelang pukul 6 sore. Saat saya tiba, tenda baru terpasang dan pemilik tidak ada (saya sampai duduk-duduk di lapisan semen dekat tenda, nongkrongin warung :D). Tak lama pasangan suami-istri tersebut datang naik motor membawa berbagai perlengapan dan bahan memasak. Mereka cukup heran mendapati saya sudah nangkring bahkan ketika warung tersebut belum selesai berbenah :) Ketika saya bertanya kenapa sering tutup, si bapak berkata bahwa keterbatasan tenaga membuat semuanya repot plus insiden puting beliung tempo hari, repot sekali tampaknya. Sedih juga mendengarnya…
Hmm, mungkin warung tenda D’Bagus hanya warung tenda biasa yang didirikan tanpa manajemen yang profesional. Bisa jadi hanya menyalurkan hobi saja, tapi jangan salah, menu-menu yang disajikan sangat amat layak bersanding dengan booth kuliner lain yang katanya modern dan elegan. Karena dalam dunia bisnis kuliner, menurut saya yang terpenting adalah rasa dan kualitas sebagai inti bisnis tersebut. Masalah manajemen, adalah hasil belajar dan pengalaman, ditambah network, serta bumbu modal. Sekali lagi, ini menurut hemat saya loh. 


1 komentar: