Sstt.
Kupu-kupu cantik itu hinggap di jendela. Konon, kupu-kupu yang hinggap di bagian depan rumah, merupakan isyarat datangnya tamu dari jauh. Tamu yang telah lama tak datang, singgah dan berlabuh.
***
Waktu kecil, aku suka melafalkan ensiklopedia milik Eyang. Eyang Uti memiliki tumpukan buku tebal-tebal dalam rak bukunya yang tua. Aku suka bersembunyi di antara rak-raknya yang kokoh, merasa aman dan terlindungi, oleh rangkanya yang gagah dan aroma kayu yang kuat. Disana, di suatu siang yang panas, diantara celah-celah lembar buku tebal berdebu, metamorfosa kupu-kupu telah sukses menarik perhatian.
Larva yang berubah merangkaki ranting sebagai ulat, dan bersembunyi di dalam pintalan kepompong kuat. Bagiku, itu adalah ritual suci luarbiasa hebat. Metamorfosa, adalah bagian hidup manusia sampai akhirat.
***
Kamu, sempat mengajarkan padaku bahwa hidup adalah fase. Fase yang memiliki tenor yang tak tentu. Bisa sesaat, kemudian timbul tenggelam dalam kedalaman yang pekat. Aku bisa menangis, sedetik kemudian tertawa histeris. Hari ini kamu hanya makan sepotong tempe bacem, lusa kamu melahap menu a la carte western. Hari ini kita bertemu, besok belum tentu.
Fase.
Fase adalah harmonisasi metamorfosis hidup. Reinkarnasi metafora metamorfosa.
Dan ketika aku diperkenalkan hal baru bernama jarak, disini pula aku belajar lagi fase itu. Metamorfosa perasaan.
Dari kepekaan penuh menjadi keterbiasaan akan aroma-aroma tertentu yang mengingatkanku pada suatu ketika.
Dari sentuhan dan visual nyata menjadi sebatas suara samar di ujung sana.
Dari intensitas rutinitas menjadi pemakluman 'sesempatnya'
Aku belajar, seperti yang pernah kau ceritakan padaku.
Metamorfosa perasaan.
***
Fase ini, bukan perlombaan. Tidak perlu dipertaruhkan secara vini, vidi, vici. Suatu ketika ini semua bukan lagi ulat bulu yang sekedar mampu menggeliat. Namun terbang, menebas riang jajaran tiang.
***
"Ada kupu-kupu cantik di kusen jendela!"
Ah ya, tamu yang ditunggu, pasti akan datang.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar