Kamis, 12 Juli 2012

Talk less, Listen more !



Gila adalah, ketika di sela-sela menunggui psikotes maka 'nekat' nge blog macam ini.

Ohh watta day. Beberapa saat yang lalu, dimulai dari minggu kemarin, saya ada misi khusus. Satu jam untuk diri sendiri. Kenapa harus seperti itu? Kehilangan kendali atas waktu, dan satu jam itu adalah detoksifikasi otak setelah seharian diforsir. Itulah.

***

Kesal. Itu yang menganga di otak akhir-akhir ini. Sedikit terganggu dengan justifikasi beberapa pihak yang menganggap bahwa peran yang sedang saya mainkan ini sebatas omong kosong kesibukan? Dalam dan mengena, sakitnya.

Hanya karena tidak 'keluyuran' di lapangan sebagaimana peran job lain,
Hanya karena lebih banyak berhubungan dengan sistem,
Hanya karena lebih banyak 'mendengarkan' orang lain menumpahkan emosi tiap hari...

dapatkah secuil hal tersebut memberikan mereka CUKUP hak untuk membuat justifikasi bahwa saya, 'tidak' bekerja?

Well, totally damn parade.

***

Mendengarkan.

"Mendengarkan curhat itu kan perkara gampang, to?"

Well, mendengarkan.

Rada-rada nyesek sih, mendengar justifikasi macam itu. Dan saya balik dengan gamblangnya,

"Kalau mendengarkan curhat itu gampang, kenapa mereka tidak curhat kepada Anda?" Diluar konteks hirarki, tentu.

Semua orang diberi keleluasaan untuk bisa mendengar, namun bukan 'mendengar'. Simpati, namun bukan 'empati'. Telinga semua orang yang anda temui pasti dua, jika ia bukan mutan yang terjangkit virus aneh. Kenyataan yang ada, sebagian besar pribadi yang saya temui lebih suka berbicara daripada mendengar. Bicara dulu, mendengar belakangan. Self-centered yang dipupuk hari demi hari.


***

Empati itu, 'bicara' dengan hati. Kalau anda cukup hebat, berhentilah bicara, dan mulailah mendengarkan. Seberapa lama anda bisa bertahan?







Tidak ada komentar:

Posting Komentar