Rabu, 18 Juli 2012

Lampu Kota Malam Ini


Malam ini lampu kota sangat cantik.
Aku memujanya, lebih daripada apapun.

So lately, been wondering
Who will be there to take my place
When I'm gone you'll need love
To light the shadows on your face

***

Rokok menthol, alkohol, konon katanya adalah pasangan setia di temaram malam. Biasanya. Konon.
Kali ini, tak ada yang lebih romantis dibandingkan dengan riuhnya klakson adu umpatan pengendara, asap yang menderu di udara, serta lampu sen yang berirama salip-menyalip.
Aku memiliki waktu yang cukup panjang, begitu pesawat itu lepas landas.
Memiliki kesempurnaan kesendirian di tengah keramaian.

Well then I hope there's someone out there
Who can bring me back to you

Terayun pelan, bahkan kaki seakan ingin berkonspirasi menyempurnakan malam.
Katamu, aku cengeng, ya?
Hobi menangis dan sedetik kemudian tertawa. Buatku, tawa dan air mata itu... gratis namun tak terbeli. Tak terbatas namun kadang harus tahu diri.
Ah, sudahlah. Kakiku lelah. Mari duduk, mari bicara. Kepada dirimu, di ujung sana. Dengan hati.

***

Lampu kota, di ujung jalan.
Tersudut disini, pekatnya ujung hari menemani.
Terkadang ada masa dimana berharap seluruh indera tak berfungsi
Mata, tiap kali melewati rentetan alur yang sama
Hidung, mendapati aroma pagi yang begitu tak terganti
Kenangan, menolak untuk pergi

Pukul sepuluh sepuluh
Aku tak ingin beranjak dari sini, bangku yang aku bagi denganmu. Baru saja, kamu, di ujung itu. Mengulang kisah yang sama. Kini harus kubagi dengan seorang kakek tua yang letih. Bukan kamu.

If I could, then I would
I'll go wherever you will go



taken from flickrhivemind.net

***

"Aku berangkat. Baik-baik ya, sampai aku jemput kamu kelak."

Tak pernah bosan aku memandang deretan cahaya. Titik-titik kecil yang membentuk mosaik. Abstrak serangkai manik-manik. Menemani lampu kota.

Way up high or down low
I'll go wherever you will go









Tidak ada komentar:

Posting Komentar