Rabu, 01 Februari 2012

Saya beri kamu 3 permintaan...

Manakah yang lebih penting, diantara 3 hal ini?

Gaji
Jenjang Karir
Kenyamanan kerja


***


Kisah #A
Seorang pria dengan potongan cukup parlente. Jebolan perusahaan kompetitor, dengan nominal yang lebih menggiurkan di tempat sebelumnya. Memilih hengkang. Apa pasal?
"Saya hanya ingin bisa bekerja, menunjukkan kinerja terbaik saya, dengan status yang jelas. Bertahun-tahun saya di perusahaan A, bekerja dengan giat. Namun apa penghargaan perusahaan. Status saya digantung. Meski dengan nominal yang lebih dari cukup, apalah artinya?"

Kisah #B
Seorang wanita muda. Energik. Cantik. Menarik. Singkat kata, sempurna sebagai seorang kandidat. Keluar dari perusahaan sebelumnya, meskipun sudah menjadi karyawan tetap. Angin apa?
"Hmm... bagaimana ya? Gaji saya di perusahaan B... kecil. Masih kurang. Jujur saja, hidup disini perlu biaya. Dan saya masih harus sambil kuliah dengan biaya sendiri. Disana memang nyaman, status pun ada. Tapi saya butuh lebih dari sekedar status... Tak masalah meskipun saya menclok sana-sini..."

Kisah #C
Seorang pria paruh baya. Mendapatkan posisi yang sudah mapan di perusahaan sebelumnya. Secara gaji pun jangan ditanya! Plus tunjangan bla bla bla... lebih dari cukup itu. Namun, apa yang terjadi?
"Tidak. Saya memutuskan untuk mengundurkan diri dari perusahaan C. Memang, secara karir dan status saya sudah terjamin. Secara gaji apa lagi. Namun bukan itu yang saya cari. Saya mencari... tempat yang membuat saya nyaman. Dengan rekan kerja yang tidak saling tusuk dan menikam. Dengan regulasi kepemimpinan yang tidak dipenuhi intrik, apalagi menyangkut berbagai kepentingan. Saya hanya ingin bekerja dalam situasi yang nyaman. Salahkah?"

***

"Saya beri anda 3 permintaan. Pilihlah salah satu."

Pilihan, bukan sekedar menunjukkan kualitas ketahanan kita.
Mentang-mentang saya memilih gaji, bukan berarti saya matre.
Mentang-mentang saya lebih mengutamakan jenjang karir, bukan berarti saya gila hormat.
Mentang-mentang saya mempertimbangkan kenyamanan kerja, bukan berarti saya pengecut.
Kelak, ketika seseorang lebih 'dewasa' dalam pikirannya, barulah ia akan mengerti...
Pilihan untuk memilih, adalah hak yang paling asasi, yang mungkin tak akan pernah bisa dipahami orang lain secara utuh.
 
"Monggo... dipun pilih..."










1 komentar: