Kamis, 09 Februari 2012

Big Deal to Deal with

Bzzzz...

Apa permasalahan utama menjadi HR?

Rekruitmen?
Seleksi?
Training?
Organization developing?

Nope.

Untuk saya pribadi bukan itu semua.
Tapi hanya satu,

Memecat seseorang.

***

Beberapa saat lalu, konon ketika saya masih menyandang predikat sebagai pengangguran, ada satu film yang saya tonton. Judulnya Up in the Air. Jujur, film ini ada pada deretan terbawah yang menjadi rekomendasi saya untuk menghabiskan waktu luang. Pada awalnya.
Film ini berkisah tentang seorang konsultan independen yang hobinya keliling dunia--oke, saya ralat--tugasnya, adalah keliling dunia. Klien dia--yang notabene adalah perusahaan multinasional, terkendala dalam memutus kontrak karyawan. Serangkaian emosi dari para kandidat PHK dalam film itu, menggambarkan bahwa tidak mudah untuk 'memecat' seorang karyawan pun. Bukan hal yang mudah, Bung. Berat. Teramat berat. Namun dalam film tersebut George Clooney yang berperan sebagai eksekutor dapat melakukan itu dengan begitu halus, dan...berkelas.


must-watch-film

Oke, disini mungkin saya tak ingin membahas lebih lanjut tentang film tersebut. Imaji tentang film ini terlintas begitu saja ketika saya baru-baru ini terpaksa memberhentikan seseorang, sacara langsung. Face to face. Straight to the point--at least--meski saya harus merangkai kata sedemikian rupa untuk bisa masuk dalam inti permasalahan. Jangan ditanya rasanya. Tidak tega. Apalah, bercampur jadi satu.
Saya--secara pribadi tak bisa membayangkan, anggaplah anda melalui hari demi hari dalam suatu perusahaan, kemudian mendadak anda dipanggil ke ruang HR, dan... tadaa.

"Sorry, Sir. You've done."

***

Seseorang, pernah membuat analogi tentang perkara pecat-memecat ini,

"Andaikanlah perusahaan ini adalah sebuah kapal, dimana di dalamnya diisi oleh penumpang, dan terombang-ambing diantara ombak. Lalu kamu mungkin harus mengorbankan salah satu penumpang karena kapal ini kelebihan muatan. Satu hilang, namun kamu dapat menyelamatkan nyawa penumpang lain. Atau kamu ngotot pertahankan semua dalam kelebihan muatan, dan berakhir semua karena tenggelam..."

Saya terdiam,

"Pintu kebahagiaan lain akan terbuka, ketika yang satu tertutup. Andaikan seorang karyawan berhenti karirnya disini, yakinlah, pasti ada tempat yang terbaik untuknya di lain tempat."

Telak,

Memang benar. Namun tetap saja adalah berat, ketika harus melepaskan seorang karyawan, yang kita 'didik' sejak awal merangkak hingga berdiri.

Man! Memecat orang tidak semudah membalikkan telapak tangan. Tidak segampang menjentikkan jari. Ada kilatan emosi yang susah payah berusaha kami redam, sekedar untuk berucap 'karir Anda berakhir disini'
Bagi saya, lebih susah daripada mutusin pacar *ups*. Tapi benar deh. Antara nurani dan logika. Tidak semua orang mau, tega, ataupun senang hati mengucap kata 'PHK' kepada orang lain. Berkonsep, namun tidak untuk mengeksekusi.

But hey! It happened.
Sometimes those all about process, but most of all is just final result.


Nurani dan logika, terkadang memang tak bisa berbanding lurus.



Tidak ada komentar:

Posting Komentar