Saya—adalah salah satu tipe orang yang (ternyata) bisa jatuh cinta dengan seseorang yang berada pada kategori anomali. Menyenangkan—karena rasanya ringan, tanpa ada beban…
***
Pertama, dia bisa bermain harmonika. Astaga Tuhan… amat jarang sekali ada cowok bisa memainkan harmonika sejak jaman film Remi di RCT*. Hihihi. Alasan dia kenapa pengen bisa main harmonika : “Karena aku nggak mau kayak orang kebanyakan yang pegang gitar.” Bisa jadi sih, dia memang tak ada naluri pegang gitar. Hahahaha… *ups*
Kedua, pada saat orang-orang kena demam BB, dia lebih memilih untuk ‘memelihara’ Android, dan menerima segala konsekuensinya : susah cari case Android, minim bahasan di media, dan lain-lain. Saya jadi terpaksa menemani hari-harinya yang autis dengan si Android itu :p
Ketiga, pun ketika dia ‘terpaksa’ membeli BB (seperti saya) karena alasan penerimaan sosial—dia ngotot membeli tipe flip dengan trackball-nya yang sangat rentan itu. Dengan alasan : “Aku nggak suka BB qwerty (kayaknya dia amnesia deh, Android dia mah qwerty juga…duhh), apalagi dengan layarnya yang sangat tidak efisien lebarnya itu. Jadi ngapain harus beli BB yang mahal sementara fiturnya lebih keren Android??” Yaaaa—ngajakin berantem pecinta BB dia. Hahaha.
Keempat, buku yang kami baca sangat berbeda satu sama lain. Sementara saya sibuk memahami buku Yoris Sebastian yang Creative Junkies, dia lebih memilih menekuni manga Spirits of the Sun dan novel Sherlock Holmes. Manga yang dia sukapun (seringkali) adalah tipe-tipe manga yang jarang diterbitkan lebih lanjut (seperti Best Skilled Surgeon yang stuck entah pada jilid berapa). Ckckck.
Kelima, dia suka bereksperimen dengan menu racikan ala dia. Dari nasi goreng tanpa kecap (yang memang lebih enak dari nasi goreng ala saya), jamur dan terong goreng, sampai mie dog-dog (semacam mie rebus berkuah kental nan pedas ala warung burjo) yang sukses meracuni orang serumah gara-gara bau merica dan bumbu-bumbu yang super tajam.
Ada banyak alasan lain yang menyebabkan saya begitu menikmati anomali-anomali itu. Yang jelas, saya lega ketika mengetahui bahwa dia bukanlah seseorang seperti kebanyakan. Tak sekedar sibuk menjadi orang lain atau repot menyamai pola-pola yang diterima umum. Karena saya juga lebih suka menjadi anomali :)