Dear, smartphone user
Setengah tahun lebih yang lalu, saya adalah normal. Saya normal dengan ponsel ala kadarnya. Dimana esensi ponsel adalah untuk telepon, pesan singkat, plus online dan nge-game untuk membunuh waktu.
Sekarang, saya abnormal. Saya abnormal dengan ponsel ala kadarnya. Dimana kini esensi ponsel adalah untuk B*M-an, dan chat lain.
Hmm... abnormal, adalah porsi minor di tengah-tengah mayoritas, kan?
Dear, smartphone user
Posting saya kali ini, bisa jadi akan dicibir pengguna smartphone, karena dalam posisi ini, sayalah yang menjadi abnormal. Padahal saya hanya ingin mengetuk nurani autis anda sejenak,
Dear, smartphone user
Dunia ini menjadi sangat sempit dan lebih sepi, dengan adanya teknologi. Barangkali anda sempat mengangkat kepala anda sebentar, dari hingar bingar tweets ataupun arus percakapan di dalam smartphone anda?
(hell) no? Oke.
(hell) no? Oke.
Ehm, begini,
Saya yakin anda cerdas, sehingga memutuskan untuk membeli ponsel berlabel smartphone. Dan pastinya anda akan sama smart-nya untuk sekedar membeli pulsa sms, tidak hanya pulsa paketan yang berfungsi dalam komunitas gaul anda, dan membalas pesan singkat kami—pengguna teknologi nenek moyang smartphone.
“Aduh, aku nggak ada pulsa SMS nih…”
Sumpah, anda gaul sekali, deh.
Dear, smartphone user
Knock, knock, knock,
Apakah ruang autis anda bisa diinterupsi?
Masih ada porsi abnormal di dunia ini loh, via pesan singkat yang membosankan :)
*ditulis ketika seorang teman berharap cukup membalas via tweets atau komen saja… umm, nothing, beb.
kira2 km kl taksih smartpon mau g???
BalasHapushahaha, ngekek guling2...
BalasHapusuntung teman2 saya nggak begitu banyak yang pake smartphone....