Jumat, 12 November 2010

Mirror Mirror On The Wall, Oh Just Tell Me!


Siapakah yang paling jujur di muka bumi ini?
Kamu bisa menjawab banyak dengan pertanyaan seperti itu. Bagi seseorang yang sedang dimabuk cinta, sudah pasti dia akan menjawab kekasihnya adalah orang yang paling jujur. Bagi pelaku spiritual dalam agama saya, bisa jadi Nabi Muhammad SAW adalah sosok terjujur dalam hidup. Lain lagi bagi para orang awam, setidaknya mungkin diri mereka lebih jujur dari para koruptor. Semua orang memiliki role model sendiri dalam memaknainya. Saya juga punya.
Namanya cermin.






Pagi ini saya bercermin dengan sebuah cermin lumayan besar yang merupakan warisan seseorang yang sangat berarti bagi saya. Cermin sederhana, tanpa ornamen-ornamen penting di sekelilingnya. Pagi ini cermin saya menampakkan wajah kusut masai seseorang yang baru terbangun pada pukul 06.30, dengan rambut seperti medusa, muka berminyak, dan mata sembap plus kantong mata. Wajah saya. Selama sepersekian detik saya mencoba menelaah wajah itu. Tapi hasilnya sama seperti detik-detik, menit, jam, hari, minggu, dan tahun sebelumnya. Tak ada perubahan berarti, kecuali saya melakukan tindakan ekstrim seperti suntik botox bla bla bla. Entah saya sadari atau tidak, terkadang ada sebersit keinginan ketika saya melihat cermin untuk kesekian kalinya. Seperti ketika saya memiliki jerawat lumayan besar di ujung hidung, maka saya berharap ketika saya tidur kemudian ketika bangun akan melihat jerawat itu akan menghilang dengan ajaib begitu saya memandang cermin. Kasus lain ketika saya bertengkar dengan hebat dengan seseorang dan semalaman saya menangis tersedu-sedu dan merasa begitu malang. Saya tahu bahwa akan timbul kantong mata yang begitu besar dan tampak bengkak, dan lagi-lagi harapan saya tetap sama ketika sebelum menyentuh cermin : semoga kantong matanya kempes. Manusia boleh berharap, bukan.

Mirror mirror hanging on the wall.
 Saya cukup menyukai salah satu scene dalam Karate Kid, ketika Dre melihat magic kungfu water kemudian menatap pantulan wajahnya di dalam air. Sekalipun air bergelombang, kau akan tetap melihat wajahmu disana, bukan orang lain. Sekalipun kaca itu retak, pecah berkeping-keping, kau akan tetap melihat wajahmu disana, terpantul.
Hmm… mungkin saya berusaha menjadi sosok lain. Bereksperimen dengan poles sana, poles sini. Tarik sana, jepit sini. Delapan bulan saya bekerja sebagai part-timer di salah satu perusahaan mungkin mengubah sedikit kepingan diriku. Tapi toh, ketika saya kembali bertransformasi menjadi diri, saya di akhir shift, lagi-lagi itulah yang terlihat. Cermin menuntun kita belajar banyak. Suatu saat aku merasa begitu ‘malam minggu’ (meminjam istilah Radithya Dika:)), begitu bersemangat, terang, bercahaya, seakan-akan tak ada yang bisa menghentikanku. Di suatu saat yang lain aku bisa menjadi ‘malam jumat’ (thanks to Raditya Dika, yang sangat cerdas menciptakan istilah konyol) , tampak menyedihkan, ambyar, berantakan. Hidup segan matipun tak mau. Tapi toh beragam ‘penampakan’ itu lah yang harus kita hadapi, setiap hari.

Saya punya opini sendiri bahwa setiap manusia berproses dengan identitasnya setiap saat. Berproses dengan tren, waktu, dan finansial. Adalah nonsense ketika seseorang merasa telah begitu settled dengan prestise akan posisi CEO, Android, Starbucks, dan Zara. Toh, mereka tetap berproses, menemukan mana yang paling sesuai dengan kapasitas mereka, atau mungkin kapasitas dalam pandangan orang lain. Mencari identitas dimana-mana, dan saya menemukannya di depan cermin itu. Menatap langsung manik mata saya, dan mulai paham identitas seperti apa yang saya inginkan. Cermin ini adalah rekan tersetia dan terjujur saya dalam hidup, menampilkan identitas paling kelam yang mungkin menjadi rahasia pribadi. Dan saya, tak bisa menutupi diri saya dari  kepungan cermin. Mungkin saya lelah, cemas, dan tampak panik. Namun mungkin itulah kenyatan yang harus saya hadapi. Diri saya sendiri.
Siang ini saya bercermin, mendapati jidat saya tampak sedikit bengkak karena baru saja terantuk kusen jendela dengan keras. Pasti akan terasa sakit malam nanti. Saya bisa menjadi pribadi yang berbeda-beda sesuai pesanan antara satu hari dengan hari yang lain. Semacam pemenuhan delivery order lingkungan cuma-cuma. Namun untuk malam ini, saya ingin tampil dengan memar baru di jidat. 
Mirror mirror hanging on the wall, just tell me.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar