Senin, 03 Oktober 2011

Ketika Lapar Tingkat Dewa, Itulah Cemas!

 
Berat badan saya bertambah sekian kilo.
Saya bahkan baru sadar ketika teman saya berkomentar lebih dari beberapa kali dalam beberapa pekan terakhir.
Saya tidak percaya.
Tapi, mengingat saya mengalami kecemasan luarbiasa akhir-akhir ini… well. It happened.

**

Saya suka makan. Suka sekali makan. Tapi saya tak bisa gendut. Entah ini sombong atau prihatin ya. Yang jelas, saya tak bisa gendut. Lalu apa hubungannya dengan hobi makan?
Setelah sekian lama, saya baru menyadari fakta ini :
Saya suka makan. Suka sekali makan. Saya tak keberatan makan berat lagi meskipun sudah makan sebelumnya. Makan berdua pacar, kami bisa makan dua bakul kecil (kami makan mirip kuli…ouch), praktis masing-masing kebagian satu bakul *wth* saya sendiri, hobi ngemil nasi. Tolong ya, ngemil. Tanpa garam atau MSG yang bikin bodoh itu. Masalahnya, sebakul dua bakul, saya tetap segini aja badannya. Lantas, kemana larinya asupan gizi saya?

**

Saya mudah cemas dan hobi berpikir tentang hal-hal tak penting sekalipun. Gara-gara waktu saya yang 24 jam itu banyak saya habiskan untuk mencemaskan hal-hal yang diluar kendali, energi saya terkuras!! Dan karena energi saya habis, saya gampang sekali lapar. GAMPANG. Tiga jam sekali, saya pasti merasakan lapar. Dan itu sangat menyiksa! Karena jika lapar, saya akan mudah merasa pusing, mual, dan gelisah. Teman saya bahkan menyadari perubahan ekspresi dan mood saya tepat setelah saya makan—makan apapun, termasuk lemper sekalipun. Duh.

**

And thank’s to my job. Saya mulai merasakan excited luarbiasa sehubungan isu penempatan saya sebagai HR Specialist (berarti saya lulus tuh, amin). Saking excitednya, saya cemas. Karena saya cemas, menjelang penghujung minggu saya makin gampang lapar. Argh.
Penyakit lama kambuh, keberatan hengkang zona nyaman saya. Keberatan yang tak tertolong untuk kali ini. Rarrwr. Hola Ambon—Banjarmasin—Kerawang. Dipilih… Dipilih… Dipilih… *tepokjidat*




Tidak ada komentar:

Posting Komentar