Kamis, 03 Januari 2013

Tuhan, boleh?


"Kenapa kamu mengantarku ke bandara?"
"Karena... hanya disinilah tempat terjauh ku untuk mengantarmu."
Sementara ini.

**

Tuhan,
Ini sudah menjelang Subuh. Tapi maaf, karena hari ini masih absen. Nitip sepucuk doa ya? 
Boleh?
Wah, terimakasih.

**

Tuhan,
Sebelumnya, aku mengucapkan terimakasih. Satu-dua terimakasih. Ng, tidak. Mungkin lebih. Berkarung-karung. Tapi, di tempatMu ada tempat tidak ya, untuk menyimpannya? 
Ada?
Baiklah, kalau begitu aku sampaikan terimakasih. Lagi. Tidak terhingga. Mohon diterima...

Tuhan,
Terima kasih karena di suatu waktu Kau telah mengenalkanku, kepada seseorang
Seseorang yang selalu berusaha disimpan di hati dan pikiran. Yah, meski terkadang dia suka kehabisan tempat lega, ketika otak penuh dan hati buntu. Tapi selalu ada tempat, kok. 
Hmm...

Tuhan,
Terimakasih. Meski caraMu agak aneh. Mengirimkan seseorang secara tiba-tiba. Dulu. Dan memaksaku untuk 'berdamai' dengan cara-caranya. Apa memang begitu, Tuhan, caraMu menguji?
Jika iya... wah... sedikit kesal padaMu Tuhan.
Eh, tapi...
Apa berhak marah seperti ini, ya? 
Dia, hadiah terbaik, salah satunya, yang Kau berikan.

Tuhan,
Aku ingin bercerita.
Satu dua kata. Ng, tidak. Lebih. Mungkin agak sedikit berloncatan. Tidak apa-apa kan, Tuhan?

Tuhan,
Ada yang bilang masalah itu seperti level game. Bertahap. 
Tap-tap-tap. Hap-hap-hap.
Aku sudah berhasil menamatkan entry level, Tuhan. Dan...hmm...nampaknya Kau belum puas ya?
Kau mengirimkan bagian berikutnya, yang kataMu lebih seru.
Keringat dingin.
Judulnya, jarak.

Tuhan,
Sungguh aku merinding. Brrr. Pertama kali Kau gulirkan dadu. Dan opsi yang keluar adalah jarak.
Seperti apa permainannya?
Lalu aturannya?
Hukumannya?
Hadiahnya?
Aku mulas berhari-hari, demi menyambut 'kado' dariMu.
Seperti bermain Jumanji. Hii.

Tuhan,
Kau agak curang.
Clueless.
Harus pakai taktik apa, ya Tuhan?
Setengah diri sih, ingin menyerah saja. 
"Sudah dong, Tuhan. Stop! Mati kutu!."
Tapi, dasarnya egois mungkin ya?
"Ah, ini belum ada apa-apanya! Masa hanya seperti ini?"  
sebagian lain berulah.

Tuhan,
Sudah beberapa pekan aku tidak bisa tidur dengan tenang, pola makan acak-adul. Cuma gara-gara penasaran sama kiriman 'kado'Mu kali ini.
Hm.

Tuhan,
Aku sudah mengocok dadu dan berbagai angka sudah muncul,
Strategi pun sudah nyaris habis untuk menjalankan bidak,
Waktunya juga menipis.
Jadi...
kalau aku menyerah kalah, apakah Kau mengijinkan?

Tuhan,
boleh?

Tuhan,
Sudah ya. Mohon dijawab segera. 




tertanda,
hambaMu yang bandel 







 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar