Kata siapa jadi HRD gampang?
***
"Gimana kandidatnya?"
"Aduh, gimana yaaa....orangnya bagus sih, pinter, tau sistem...tapi, dia nanya jenjang karir ini..."
"Lho, bukannya bagus? Berarti kan dia ada visi misi ke depan, mau maju. Jenjang karirnya kan luas sekali, Pak. Secara psikotes, kualifikasi dia pun masuk."
"Iyaa sih, tapi...agak susah. Takutnya susah diatur..."
"Maaf Pak, saya agak tidak sependapat. Soalnya, bagus dong kalau dia ada visi misi ke depan. Hmm, saya tanya deh, Anda mending mana, kandidat yang pas-pasan tidak banyak maunya, tapi efeknya anda hipertensi gara-gara dia nggak paham mau dan instruksi anda, atau...yang cepat mengerti, bisa diandalkan, tapi dia harus diarahkan lebih keras karena visinya dia yang cukup jauh ke depan tentang karirnya?"
"..."
"Anda pilih yang mana, pak?"
"Yang pas-pasan, sih Bu. Tapi pusing juga kalau saya sedikit-sedikit harus mengajari dia ya?"
"Tergantung anda sih, Pak."
"Yang pas-pasan, sih Bu. Tapi pusing juga kalau saya sedikit-sedikit harus mengajari dia ya?"
"Tergantung anda sih, Pak."
"Hmmmm....ya sudah deh, Bu. Saya coba deh, dilanjut aja ke tahap selanjutnya yaa. Saya cuma kepikiran dia tanya jenjang karir."
"Begini deh, kalau misal dia tanya jenjang karir, dan anda tidak bisa jawab, silahkan alihkan ke saya, saya yang handle.
"Oh, oke. Begitu saja."
END.
Perseteruan di suatu siang, me vs user.
Kata siapa jadi HRD itu gampang? Sama beratnya seperti marketing, menjual kualifikasi kandidat kepada user, dibebani dengan target. Tanpa kandidat maka SDM kosong. SDM kosong berarti bisnis tak berjalan. Yang dijual pun, adalah hal yang abstrak. Kualifikasi diri. Tidak semua user berpikiran moderat. Tidak semua user berpikiran praktis. Masing-masing punya personifikasi masing-masing terhadap tiap anak buahnya, kan?
Tarik-ulur, itu yang mungkin saya lakukan. Terutama untuk alasan-alasan yang agak 'ambigu' biasanya saya counter balik :p. Bukankah, tugas saya untuk menemukan sosok yang tepat pada suatu posisi, eh?
Dan sekarang, menjelang akhir tahun ini, adalah titik krisis saya, memastikan dan harap-harap cemas, apakah rekruitan saya bisa long lasting dan memiliki status lebih dari kontrak? :o
Kata siapa jadi HRD itu gampang? Sama beratnya seperti marketing, menjual kualifikasi kandidat kepada user, dibebani dengan target. Tanpa kandidat maka SDM kosong. SDM kosong berarti bisnis tak berjalan. Yang dijual pun, adalah hal yang abstrak. Kualifikasi diri. Tidak semua user berpikiran moderat. Tidak semua user berpikiran praktis. Masing-masing punya personifikasi masing-masing terhadap tiap anak buahnya, kan?
Tarik-ulur, itu yang mungkin saya lakukan. Terutama untuk alasan-alasan yang agak 'ambigu' biasanya saya counter balik :p. Bukankah, tugas saya untuk menemukan sosok yang tepat pada suatu posisi, eh?
Dan sekarang, menjelang akhir tahun ini, adalah titik krisis saya, memastikan dan harap-harap cemas, apakah rekruitan saya bisa long lasting dan memiliki status lebih dari kontrak? :o
Tidak ada komentar:
Posting Komentar