Minggu, 16 Desember 2012

You can never take JOGJA out from me


You can never take JOGJA out from me.

Barangkali mirip seperti apa yang dirasakan Merry Riana, siapapun tak bisa 'mengambil' akar dari dalam diri seseorang. Dan akar saya adalah Jogja. Jawa.
Tanpa bermaksud rasis, namun itu yang mungkin saya rasakan. Siang tadi.

**

"Gue mau beli make-up dulu dong. Mampir yuk."
Seorang teman.
Masuklah saya ke sebuah counter kosmetik yang...well, berasal dari salah satu negara adikuasa. Produk luar. Teman saya sibuk memilah dan memilih. Sementara saya sibuk berdecak 'kagum' dengan harganya :p
"Lu kaga beli?"
Saya hanya mengangkat bahu. 
"Bukan disini. Hehehe."
Saya beranjak, ke counter lain. Yang jelas-jelas dari namanya memang 'milik' Indonesia. 
Make-up itu relatif. Make-up itu kecocokan. Dan rupanya, kecocokan saya dengan atmosfer Indonesia :) Secara harga, secara sensitivitas. 
Ndeso dong saya? Persetan :))

**

Itu cameo. Lintas random.
Saya, kehabisan kata-kata bagaimana saya mencintai budaya Jawa. 
Meski saya tidak bisa luwes menarikan Srimpi Sangupati
Meski saya tidak terlalu suka rasa manis khas lidah Jawa
Meski saya bahkan masih suka nyasar di Jogja gara-gara kemampuan spasial saya yang mengerikan
But, after all...
Saya sangat menikmati setiap potongan percakapan ngoko dengan sesama perantau dari Jawa. Atau hampir gila menghabiskan gaji demi sepotong dua potong batik unik. Atau tertawa cenderung bangga karena seorang teman dengan usilnya mengatai logat saya adalah janglish alias javanese english. Hehehe.

Sedemikian bangganya, sehingga saya suka kulit cokelat saya, menggunakan batik sesering yang saya mau bahkan terobsesi meracuni semua orang agar berbatik : seven days a week, memutar mp3 gamelan jawa di sela-sela deadline, menyelipkan satu dua potongan kromo inggil ketika berbicara dengan bos yang kebetulan juga dari Jawa.

**

Ada yang salah dengan kulit cokelat?


 taken from somewhere in google

 
 taken from somewhere in google






You can never take JOGJA out from me. 
Dan, lagi-lagi kangen Jogja saya.





2 komentar:

  1. aku jg seneng dan bangga jadi orang Indonesia. Walo kulit wajah ga bisa secerah dan seputih orang Eropa, dan kalo ngomong boso Enggres logatnya masih medhok...ya biarlah. Singaporean aja terkenal akan Singlish-nya toh, malah jadi trademark :P

    dan menurutku, yg membuat Indonesia itu unik dan menyenangkan adalah beratus bahkan mungkin beribu bahasa daerah dan logat yg berbeda.

    BalasHapus