Jumat, 21 Desember 2012

A domino Life


Saya galau. Ya, saya dengan amat terbuka dan bodoh mengaku bahwa saya GALAU.

Sebulanan ini hujan, dan sedikit banyak mempengaruhi kondisi mood menjadi gloomy, seperti langit Mordor menjelang perang.

Semua aspek dalam hidup saya, beberapa hari ini tambah carut marut. Karena kebodohan dan galian lubang sendiri. Kenapa saya malah cerita disini? Karena saya tahu barangkali ini lebih baik daripada saya gantung diri di pohon toge...
Dan, tidak semua orang mau ikut campur juga dalam masalah saya ini, kan?

Well,
Beberapa hari yang berantakan. Dan otak saya penuh dengan pikiran-pikiran yang lebih gila. Lebih tidak jelas pula mainstream nya. Saya terpikir bahwa wanita itu seperti Dewa (atau Dewi? Saya lupa. Hehehe) Kali, bertangan banyak, dan multitasking. Tidak hanya tangan, namun pikiran. 

Terkadang, wanita menjadi begitu rumit, dikarenakan pikirannya yang tak pernah (atau minimal, jarang) terfokus pada satu hal saja. Dan imbas dari pikiran itu, berpengaruh kepada eksekusi akhir : berantakan. Kenapa? Karena... yah, diperlukan lebih dari sekedar otak yang terfokus sempurna.

Dan sampai pada pikiran saya kemarin lusa, sore. Di tengah badan yang meriang, mata nanar, hujan deras, asupan gizi hanya dari se cup mie instan :

Saya tak ingin semua aspek yang saya perjuangkan hancur merata, keseluruhan.

Hidup saya, sampai kemarin saya tersadar, adalah deretan domino. Saya tipe domino. Dimana satu masalah mencuat, maka hal itu bisa menjadi trigger yang lain. Dan sia-sia begitu saja.

Saya berpikir ulang, semua kebodohan, kesalahan, dan kefatalan yang saya lakukan. Menimbang dan berpikir sampai saya kembali lapar dan terbangun di tengah malam. Banyak hal yang saya perjuangkan, banyak hal yang saya lepaskan, dan semua ini tentang pilihan. Dan ketika ada satu pilihan saya tidak bekerja... NO

Kali ini, entah angin apa, saya tak ingin semua kartu domino yang saya pasang pelan-pelan dengan setengah mati hancur bersamaan. Harus ada satu, minimal, yang bisa bertahan. Bagaimanapun caranya. 

Yang namanya kesalahan bisa jadi tak akan ada pemakluman. Tapi yang wajib saya pegang, mulai sekarang, ada banyak hal lain, yang harus saya perjuangkan. Lagi. Dan lebih.


Merusak itu gampang, tapi sekedar 'mau' untuk mempertahankan (lagi), buat saya itu....hhh. luarbiasa.


Ayok S, berjuang lebih. Untuk sisa hal yang masih bisa diperjuangkan.



Tidak ada komentar:

Posting Komentar