Hari ini, pada akhirnya saya nglencer juga.
Jogja, kota yang saya bilang kota kecil ini, memang belum semuanya saya jamah. Dan disinilah saya, beberapa jam lalu.
Sadeng, eksotisme lain Gunung Kidul |
***
Berlokasi kurang lebih 40 km timur Wonosari (Gunung Kidul), pantai ini terletak di Desa Songbanyu dan Desa Pucung (dua jam via mobil dari rumah saya di Kotagede - situasi jalanan dari arah Jogja tidak terlalu macet, mengingat hari ini masih masa libur Lebaran). Perjalanan menuju Sadeng sendiri melewati jalan meliuk-liuk macam ular dan relatif sepi. Bagi yang berminat kesana harap dipersiapkan stamina, karena medannya cukup curam :)
Saya sempat kecewa mendapati tidak ada pasir-pasir putih bertebaran luas di tepi pantai (esensi pantai menurut saya adalah main pasir!:)). Kalau iseng diamati, Sadeng sebenarnya lebih mirip pelabuhan mini... minus peti kemas, kontainer, dan kapal raksasa--dimana konsep awal tempat ini pun, adalah TPI.
Tapiii... tak ada pasir, kejernihan air pun jadi. Double WOW. Yang paling penting, saya bisa nyemplung dan berkecipak-kecipuk :))
Sadeng, kesimpulan saya adalah perpaduan Sanur dengan pemecah ombak buatannya,Tanah Lot dengan geografi karangnya, Sundak dengan bening air pantainya, Depok dengan TPI nya. Lengkap, untuk ukuran 'pantai' yang tidak bisa dibilang luas. Airnya tenang, anginnya pun tidak terlalu kencang. Pegalnya badan selama perjalanan dua jam terbayar demi melihat kontur pantai ini.
Tanah Lot KW, versi miniatur... |
Pecahan karang turut menambah keindahan bibir pantai, di sekitaran pemecah ombak |
Jernih, namun tidak terlalu dalam |
Saking jelasnya, kaki saya yang berendam di dalam air pun begitu nampak :p |
narsis, teuteup :)) |
Sudut ini sedikit mengingatkan saya pada hutan bakau |
Pecahan beton bebatuan yang memang digunakan sebagai pemecah ombak |
Adik kecil yang satu ini sedang sibuk menghitung jumlah ikan kecil yang berhasil didapatkannya--aktivitas yang juga dilakukan sebagian besar pengunjung yang membawa putra/putrinya :)) |
***
Jogja itu never ending. Tak akan habis, tak akan putus saya nyerocos tentang Jogja dan euforianya. Setelah berbulan-bulan saya tahan diri untuk tak pulang kampung, mudik Lebaran kali ini adalah pelampiasan mutlak. Jogja yang kata orang lugu, polos, dan ndeso... dengan kesederhanaan dan eksotisme alamnya, sangat mampu membayar kepenatan puluhan hari sebelumnya.
Dan ya, selalu ada alasan, untuk pulang ke Jogja :)