Sabtu, 04 Februari 2017

The Flowers Grow




"Hai."
"Hai."
"You've changed a lot."
"Thank's to you."


**


Kali ini kamu tampak gugup. Bahkan segelas avocado-latte tak cukup menutupi gelisah itu detik ini. Aku berusaha mengabaikannya sedari tadi, demi beberapa pendingan yang muncul di pop-up screen. Me, a workaholic one. A tough princess not waiting for any prince-charming in the daydream, huh?

"Lu baik-baik aja?"

Dan aku langsung menerima tatapan serius seketika. Oke, sinyal kuat macam provider X. Perlahan namun pasti aku mulai mematikan beberapa tab yang terbuka, kemudian menutup laptop. Sedikit terpecah, mengingat beberapa poin masih ditunggu oleh bos. Semoga tak ada intervensi dadakan diantara tatapan serius di depan muka begini.

"Gue mau ngomong sesuatu, penting."
"Ehm, oke. Go on."
"Besok gue ke Penang. Flight setengah lima."

Refleks, aku mengecek jam di pergelangan tangan. Well, sekian jam lagi.

"Duh, lu pasti belum prepare ya? Ya udah kita cari sesuatu dulu yuk. Soalnya--"
"Gue dapat tawaran di sana."



there is no reason to feel bad
but there are many seasons to feel sad glad mad
it's just a bunch of feelings that we have to hold




"Sampai kapan? Ah lu nggak cerita deh! Masak gue baru tahu sekarang??" berusaha menetralkan tone suara, meski rasanya sudah ada yang menggenang di ujung mata. Jangan tumpah!
"Tiga tahun."

Dan secangkir kopi yang telah sedikit dingin menjadi begitu menarik saat ini. Aku menenggaknya seperti itu adalah stok air terakhir di muka bumi.

"Good for you! Jangan lupa kabar-kabar yak. Apalagi kalau ketemu jodoh disana." 

Kamu diam. Shit. I hate this awkward situation.

"Tunggu gue ya."

Ah suara angin, batinku.

"Iye gue tungguin, oleh-oleh jangan lupa lah."



when i first held i was cold
a melting snowman i was told
but there was no one there to hold
before i swore that i would be alone for ever more




**




"Sehat?"
"Sehat. Lu gimana kabar? Nambah berapa kilo?"
"Aku tambah kurus ini. Kangen masakan rumah."
"Hahaha. Parah kamu. Cari makan aja pilih-pilih."

Wait. Aku - kamu?



**



Entah kenapa lagu Bad Day - Daniel Powter bisa sedemikian riang untuk ukuran 'bad day'. I mean, hari ini benar-benar buruk. Presentasi dengan klien gagal total. Mobil mendadak mati di tengah jalan hingga terpaksa diderek. PMS alias Pre Monster Syndrom (yea, my personal acronym) yang super rese hingga wajah sedemikan breakout. Couldn't ask for more.

"Mbak--"
"Nanti dulu deh, Nu.Gue lagi kesel nih!" tanpa ampun Banu--officeboy kantor--turut kena serapah sore ini. 
"Tapi Mbak--"
"Aduh apaan sih?!"

"Masih galak aja."

Darahku serasa berhenti berdesir. Kamu. Aku bahkan tak bisa berpikir akan membubuhkan tandabaca seru atau tanya disini.
"Hai."
"Hai."
"Kamu... kapan sampai?"
"Cukup lama, hingga sadar kalau cara ngomelmu masih sama."
"Ck--"



wow look at you now
flowers in the window
it's such a lovely day
and i'm glad you feel the same
cos to stand up
out in the crowd
you are one in a million
and i love you so let's watch the flowers grow



Banu? Dia sudah kabur lebih dulu.



**



"You've changed a lot."
"Thank's to you."
"Makasih sudah ditunggu. Kupikir kamu tidak cukup sabar."

Oke, aku masih berlindung diantara gelas avocado-latte, menghindar dari tatapan entahlah-apa-itu. We're best buddy, right? Or it was?

"Akhirnya datang juga, kamu. Lama sekali." kataku setelah yakin mampu menguasai tone suara dan ekspresi muka."
"Cukup, kok. Cukup untuk memastikan apakah benar jarak dan waktu benar membuktikan kalau aku memang rindu. Kamu?"

Aku yakin tanpa berkata sepatahpun mukaku yang memerah mendadak sudah menjadi sebuah jawaban.



it's such a lovely day and i'm glad you feel the same
cos to stand up
out in the crowd
you are one in a million
and i love you so let's watch the flowers grow
so now we're here and now is fine
so far away from there and there is time time time
to plant new seeds and watch them grow
so there'll be flowers in the window when we go
wow look at us now
flowers in the window
















Tidak ada komentar:

Posting Komentar