Rabu, 18 Mei 2016

Rule the world : The Little Prince





Saya tidak benar-benar ingat, apakah seorang dosen atau sebuah buku atau bahkan sebuah quote mendoktrin saya suatu hari, 

"Hidup tidak hanya terdiri dari rentetan target yang muncul karena prinsip kausalitas."

Bukan, deh.
Dulu rasanya orang yang well-organized itu keren betul. Masa depan tampak berada di tangannya. Namun kini saya berpikir sebaliknya. Nampaknya akan sangat membosankan ketika hidup hanya diisi oleh target. Kenapa kita tidak bisa begitu saja menjalani hari yang ada. Tanpa aturan dan dateline? 


**


Sudah lama saya membaca sinopsis buku The Little Prince. Ya, baru sinopsis. Dan saat itu saya heran, kenapa buku yang tampaknya masuk kategori child-book ini justru menggerakkan orang dewasa?

Hingga akhirnya saya menonton filmnya. The Little Prince benar-benar... keren. Saya bahkan sudah merinding duluan saat official trailernya rilis.

Film ini menggambarkan betapa 'beratnya' hidup sempurna dan sangat terjadwal itu, dari sudut pandang seorang gadis kecil. Ia bahkan sudah memiliki life-track hingga dia lulus kuliah, dari Sang Ibu. Hari-harinya hanya diisi sesuai dg rutinitas jadwal, hingga suatu ketika ia bertemu dg seorang Penerbang Tua yang mengajarkannya tentang 'sedikit bersenang-senang' dan berimajinasi. Pada akhirnya gadis kecil ini belajar, bahwa ada warna lain selain ketegasan hitam dan putih rutinitas dan sederet target.





Film ini memberikan efek yang menyenangkan, alurnya smooth dan cukup lama, dan mungkin bukan tipe film yang mudah dicerna anak-anak karena pesan ceritanya cukup 'dalam'. Saya bahkan cukup emosional melihat film ini. Haha, norak ya. Namun sungguh, film ini sangat keren, khususnya bagi tipe orang yang pemikirannya terlalu suka mengembara tidak jelas--seperti saya. Hehehe.

Well, terkadang kita terlalu disibukkan oleh rutinitas hingga mengabaikan hal-hal sederhana yang sebenarnya akan membuat kita lebih berkembang. Terlalu fokus pada sesuatu yang ideal membuat kita melupakan kesenangan menjalani hidup. Dan rasa-rasanya, kok saya tertampar ya? Hahaha.


Mungkin, karena kita hidup bermasyarakat. 
Dan akan selalu ada aturan untuk sederet A, B, C, D, dan seterusnya.


... but, just live life to the fullest. Well said,Mr. Ernest Hemingway :)















Tidak ada komentar:

Posting Komentar