Selasa, 20 Desember 2016

Menghitung Hening



07.20 


Pagi ini entah kenapa saya memulai perjalanan dengan cukup deskriptif. Seakan semua indera sedang berfungsi optimal. 

Matahari masih suam-suam kuku, angin sedang lembut-lembutnya, jalanan cukup lengang, si anak kecil sedang kalem. Ah, nikmat mana lagi yang engkau dustakan, he?


**


Ternyata keheningan yang larut dan menyenangkan itu mahal. Berangkat dan pulang dengan rutinitas yang sama setiap hari... seriously, seperti robot. Tidak, rasanya memang masih penuh syukur kok diberikan hari demi hari yang produktif. Namun produktif yang belum penuh. Ehm.

Beberapa hari ini sedang coba mendengarkan kembali tubuh saya melalui keheningan.

Minum cukup?
Makan benar?
Istirahat sesuai?

Menghadapi hari yang tak-pernah-tidak demanding memang memerlukan kekuatan ekstra, ya? Dalam daftar to-do-list saya hari ini masih ada setumpuk hajat hidup oranglain yang belum terselesaikan. Lalu, kapan saya mencoba menuntaskan hajat pribadi ? Ehm, kebutuhan jiwa ? Lalu di detik inilah saya kembali memulai. Menuliskan kembali apa yang ada di pikiran saya sekedar untuk flashback







**


"Apa resolusimu tahun depan?"
"Saya?"
"Iya, kamu."

Saya terdiam. Menimang dalam-dalam apa yang menjadi prioritas saya tahun depan. Ada hal mendesak yang sungguh ingin saya bebaskan. Kelak.

"Saya ingin, hari - hari saya bisa lebih berguna. Benar - benar berguna sesuai dengan apa yang saya yakini, bukan karena nilai, tuntutan, dateline, tanggungjawab, dan segala bulshit lain. Mulai detik ini."


Kelak, saya akan membaca lagi tulisan saya di tanggal ini, setahun kedepan atau entah kapan. We can do it, universe.







1 komentar: