Mumpung lagi iseng men-selo-kan diri, kali ini mau posting edisi terimakasih.
Bagi saya, berkembang tanpa dukungan lingkungan adalah bulshit. Mustahil. Karena bahkan dari kilasan lampu merah pun kadang kita kan mempelajari sesuatu.
**
Mbak Rino
Itu nama panggilannya. Saya sampai ingat nama panjangnya, Rino Martha Sashadanti. Tidak sengaja mengenalnya saat sela-sela jam kosong mata kuliah--saya lupa--tertentu. Tidak, kami tidak berkawan akrab. Saya hanya mengenalnya sambil lalu. Namun obrolan singkat bersama Mbak Rino seperti membuka mata saya. Ia dua tahun di atas saya, namun dari cara dia berbicara, sangat terlihat ia adalah seorang real enthusiast. Alasan kenapa ia bisa satu kelas dengan saya adalah karena Mbak Rino memiliki minat di luar kampus yang cukup menyita waktu di kelas.
Saya ingat, saat itu kami sedang membahas sesuatu, entah apa, hingga berujung pada minat saya untuk pengen iseng mencoba aktivitas di luar acara ngampus : part-time. Saat itu ada open recruitment part-timer di Dagadu. Saya iseng cerita hal itu, dan herannya Mbak ini menanggapi dengan antusias.
"Udah, coba aja Dek! Sesekali keluar dari zona nyaman. Nothing to loose saja!"
hanya berbekal obrolan macam ini, nyali saya mendadak sebesar gajah dan nekat mengikuti oprec Dagadu--suatu hal yang sebenarnya mustahil saya lakukan, dan pada akhirnya justru hal ini lah yang mengubah hidup saya.
**
Gardep Dagadu
Komunitas ini adalah komunitas yang memberikan perubahan terbesar dalam karakter saya. Saya yang sangat pasif-pemalu-nggak pede, dipaksa untuk melawan semua sifat dasar saya saat itu. Saya dulu cupu, cupu secupu-cupunya (sekarang juga masih sih sebenarnya, haha). Muka lusuh, kulit kusam, pendiam--well, bukan pribadi yang cukup asyik diajak jalan. Hahaha.
Sebagai part-timer--atau lebih tepat adalah SPG kaos--saya belajar cara berbicara, lebih speak up, mulai asertif, dan sedikit peduli penampilan. Saat part-time disana, cukup sering pula saya dikomplain terkait dengan rambut saya yang kering kerontang dan berantakan, mata yang sayu dan pucat, kulit berminyak, suara yang terlalu lirih. Parah!
Namun konyolnya, justru dari komunitas seru ini saya belajar banyak tentang excellent service, passion, dan kreativitas. Tiga hal yang alhamdulillah saya bawa sampai saat ini.
Btw, bagi yang domisili seputaran Jogja dan masih aktif sebagai mahasiswa, coba deh ikut part-time Dagadu sebagai Gardep (Garda Depan) disini. Sungguh-sungguh pengalaman seru!
**
Ibnu Wibowo
Pria ini sudah menemani saya hampir selama tujuh tahun. Dia orang yang sabar, sangat sabar, sampai kadang saya berpikir saya sudah terlalu semena-mena dengan pria ini. Satu-satunya pria yang tahan menghadapi segala kekonyolan, keegoisan, kegilaan, bucket list yang mungkin sudah sepanjang Jakarta - Sidney (haha), saya yang suka swing mood.
Mengenal dia pertama di Dagadu sebagai salah satu supervisor saya, he's not my type (HAHAHAH, habis ini saya nggak dikasih uang jajan bulanan nih!). Namun ada satu yang tidak bisa ditolak. Pintar. Saya suka sekali dengan orang yang pintar, yah meski kadang saking pintarnya saya suka terlihat bodoh dan tolol. Sial.
Dia adalah bagian hidup yang membuat saya bisa berkembang sejauh ini. Dengan segala kecuekannya, saya jadi bebas melakukan apapun dan mengutarakan apapun yang saya mau ataupun saya pikirkan. He's my borderline. I love you!
**
Perusahaan ini.
Disini saya belajar banyak hal. Dari anak kemarin sore menjadi seseorang yang (mungkin) rada berharga bagi kehidupan. Hehehe. Saya sungguh belajar sebagai ikan yang besar di kolam yang kecil. Thx to Dagadu, ilmu Dagadu sangat berguna disini. Di tempat ini, saya ditarik hingga batas terjauh, imajinasi terliar, ide-ide gila yang satu per satu direalisasikan menjadi kenyataan. Tempat dimana saya belajar, apapun impian tergilamu, jika kamu ngotot bisa pasti bisa!
Mbuh piye carane, gasrukke wae!
**
Yoris Sebastian, Rene Suhardono, Austin Kleon, Handoko
Mereka adalah penulis dan passion enthusiast favorit saya. Niat nekat saya menjalankan usaha Omah Bapak adalah karena terlalu banyak (in a good way) membaca tulisan mereka di media sosial. Nekat yang disertai niat dulu! Itu yang penting. Sisanya, biarkan karya dan antusiasme yang berbicara
**
Yah, ini adalah segelintir. Namun segelintir sungguh yang membuat saya bahagia. Terimakasih.