Jujur saja, saya menuliskan ini dengan muka yang saya kondisikan se-flat mungkin.
Seni menjadi HR adalah, berusaha pada titik netral dengan segala pertentangan diantara atas dan bawah. It's hard, man.
Disini, saya bisa menarik kesimpulan, terlepas dari apakah terlalu prematur atau tidak.
**
Kerjasama tim--hal yang dulu sebatas saya amini di balik buku manajemen tebal--adalah penting. Dan pentingnya mutlak 100%, kalau perusahaan mau maju. Sejak awal duduk di bangku kuliah, belajar menjadi HR adalah belajar bagaimana memfasilitasi dan mengakomodasi kebutuhan kedua belah pihak yang mungkin bersinggungan.
**
Kerjasama, bukan semata hubungan horisontal. Percuma. Kerjasama, adalah bagaimana atasan mau sama-sama berusaha memikirkan bawahannya secara lebih proper. Tidak hanya berlindung di bawah kenyamanan AC dan kursi kulit yang empuk dan hangat. Apakah bawahan hanya semata mengharapkan gaji besar? Tidak kok. Saya bisa menjamin itu. Gaji, bukanlah hal yang dapat meningkatkan motivasi karena itu lebih mengacu pada hak seorang karyawan seiring dengan upaya yang telah ia keluarkan semaksimal mungkin. Situasi kerja, bagaimana atasan bisa merangkul bawahan, adalah hal yang krusial. Terutama ketika gaji tidak dapat menjadi tolak ukur kepuasan seorang karyawan. Dan HR, adalah posisi strategis yang serba salah diantara dua kepentingan.
Apakah menjadi HR perlu hati nurani? Idealnya, iya.
Menjadi HR adalah, bagaimana kamu tahu bahwa atasan tidak melulu benar dan perlu diluruskan
Menjadi HR adalah, bagaimana kamu tahu jika bawahan perlu situasi dan kondisi kerja yang mendukung untuk bisa menampilkan performansi terbaiknya
Menjadi HR adalah, ketika karyawan tidak mungkin dapat 'dipuaskan' melalui satu perspektif maka dia harus diarahkan pada perspektif lain
Menjadi HR adalah, menjadi orangtua angkat bagi karyawan meskipun mereka masih menganggapmu sebelah mata entah karena kamu junior ataupun anak kemarin sore
Menjadi HR adalah, ketika kamu bisa berempati pada setiap peran dalam bagian perusahaan dan mengetahui dampak jangka panjangnya
Menjadi HR adalah, bukan semata kamu mendapat nilai sempurna karena bekerja berdasarkan tugas, namun mendapat nilai sempurna dari bawahan karena bekerja berdasarkan nurani
Dan ketika menjadi HR membuatmu bekerja tanpa hati dan hanya karena KPI? Apakah itu layak dibenarkan?