Kadang-kadang sugesti akan suatu hal
itu sangat-sangat menjengkelkan. Konon, sebagai seorang virgo, menjadi terlalu picky dan ribet adalah salah satu ‘sugesti’ berkepanjangan.
**
Saya tipe orang yang bisa memikirkan
beribu hal dalam satu waktu, dan itu membuat hari saya kurang simple. Ada kebutuhan
tertentu untuk mendengarkan pendapat dan pola pikir orang lain. Saya suka
sekali memasang puzzle yang
berantakan menjadi gambar utuh. Bangga. Meski sebenarnya suatu hal tersebut
mungkin bukan urusan saya.
**
Sudah hampir lewat setahun ini saya bekerja
di suatu perusahaan, dengan kompleksitasnya. Single fighter. Buat
sebagian besar sepantaran (atau tidak) saya, apa yang saya lakukan mungkin
seperti menggali lubang sendiri. Well,
sebagian rekan saya bisa jadi bekerja di suatu perusahaan yang ekstra mentereng
dan prestisius. And so what? Tidak
banggakah saya dengan pencapaian saya sekarang? Disaat teman-teman saya sibuk
menemukan jati diri dengan berpindah-pindah pekerjaan?
Saya sangat bangga, malah.
Saya belajar amat sangat banyak.
Negosiasi, kepercayaan, mental. Harganya mahal, karena mengorbankan ego. Eh salah,
mempertaruhkan ego. Hehehe.
Bukan perkara zona nyaman. Bukan
perkara gaji. Bukan. Bukan karena itu
saya bertahan.
“Ngapain
sih, kamu hobi banget mikirin hal-hal yang di luar otoritasmu?”
“Ngapain
weekend gini ngomongin kerjaan?”
Woohoo.
Fyi, saya tahu cara bersenang-senang
kok, anw. Tapi, ada kalanya saya
butuh obrolan-obrolan berbobot di luar perdebatan politik Jokowi vs Foke.
Seperti siang tadi.
**
Siang ini saya niat sekali
membicarakan masalah karir, quotient,
dan beda generasi pekerja jaman dulu dengan jaman sekarang dengan pimpinan
cabang tempat penempatan saya.
Niat sekali, mengingat ini adalah weekend. For God’s sake, dan saya malah membahas hal yang samasekali tidak hit. It
happened, anw.
Iseng, hingga sepanjang entah berapa
jam bergulir.
**
Karir. Semua orang butuh karir.
Nyaman. Semua orang butuh kenyamanan. Tapi lepas dari itu, manusia butuh gaji.
Butuh duit. Tak peduli mau jadi kacung seperti apa, yang penting ada duitnya. Saya
ingat jelas percakapan pulang kantor saya dengan seorang rekan, dengan jelas
dan tegas dia berkata,
“Gue
mau aja disuruh bersihin got, selama ada duitnya. Asal duitnya gede.”
Haruskah mengkacungkan diri demi
uang?
Suatu pekerjaan akan menjadi kerja
rodi tak berperikemanusiaan ketika dijalani hanya demi orientasi akhir uang.
Sedih ya? Buat saya sih, menyedihkan.
Sesi lain, masih dengan rekan yang
sama, suatu ketika dia berkata,
“Gila, gaji gue habis. Kalau kayak
gini kapan gue nikah dan kaya??”
Saya menghela napas. Sebegitunya ya,
uang memperbudak? Saya langsung teringat pada orangtua saya, pada staf saya,
pada pemulung yang memiliki anak istri. Uang mereka mungkin tidak sebanyak
keluarga teman saya itu. Tapi mereka bisa makan, bisa hidup, bisa bahagia. Bisa
kok.
Balik ke topik siang tadi, si Bapak
prihatin. Kenapa generasi sekarang mematok diri dengan harga yang sangat mahal,
sementara pengalaman saja belum matang? Indikator sukses dilihat dari gaji
besar, mobil mentereng, posisi tinggi. Yang saya amini dengan… gaji besar,
mobil mentereng, posisi tinggi, plus masa kerja berabad-abad lamanya di
perusahaan yang sama, apakah sudah bisa menunjukkan kontribusi diri kepada
pihak lain? Sejauh mana kontribusi kita?
Loyalitas jadi semu karena sekedar
masuk zona nyaman sampai mati, tanpa adanya kontribusi.
Setahun atau belasan tahun,
terkadang sama-sama tak bisa kontributif.
Sudah jadi kacung, kerja rodi, kerja
sebagai mesin cetak uang, tapi minus kontribusi.
Dilema itu yang sedang
hangat-hangatnya merasuk pikiran. Membuat saya tertampar akhir-akhir ini. Bisa
saja saya abaikan, sayangnya saya bukan orang yang bisa segampang itu
mengabaikan.
Apa kontribusiku selama hampir
setahun lebih disini?
Kontribusi diluar kewajiban. Karena
kewajiban tak bisa ditawar, sementara kontribusi datang dari hati.
Kapan aku beranjak dari mental
konsumen menjadu mental produsen?
**
Memulai, selalu menjadi hal yang
susah.
Proses, adalah rutinitas yang makin
bisa dinikmati seiring intensitas.
Hasil, adalah bonus akhir.
Dan mulai dari sini, saya berjanji
akan menemukan dua jawaban atas dua pertanyaan saya.
**
Maafkan, pikiran saya terlalu suka
berlompatan seperti bola bekel :)