Rabu, 11 November 2015

What's Loyalty ?


Rupa-rupanya saya sudah benar-benar bergeser dari mindset bahwa loyalitas hanya ditunjukkan dengan setor tampang all-day-long.

Bukan itu.

**

Inilah kenapa dalam psikologi sangat ditekankan yang namanya observasi dan empati. Karena dari dua hal tersebut lah kita baru bisa menemukan hakikat human well-being yang sebenarnya.
Loyalitas, setelah saya jalani bertahun-tahun dari suatu budaya perusahaan, tidak semata perkara datang paling pagi pulang paling malam, menerjang hujan dan badai, dan hadir di setiap kegiatan. Bukan. Bukan perkara itu semua.

Semua kembali kepada sesuatu yang--setidaknya menurut saya--saya sebut purpose of life

Prihatin adalah ketika mendapati bahwa bekerja ala kadarnya kemudian menjadi hal yang biasa dan legal. Tidak salah, bahwa akan selalu ada beberapa pihak yang lebih money oriented ataupun achievement oriented. Itu lumrah, yang lebih tidak lumrah adalah ketika beberapa pihak hanya terfokus pada 'ala kadarnya'.

Mungkin hanya saya yang merasa greget.

Productive employees are happy employees.

Saya baru merasa produktif ketika saya merasa bahagia. Saya bahagia ketika menemukan apa tujuan saya bekerja 'mati-matian'. Mati-matian berpikir apalagi yang bisa membuat orang lain bahagia, senang, nyaman, dengan pekerjaan yang mereka lakukan. Berusaha memfasilitasi ini itu. Yea, shit happens sometimes. Ketika sudah full charge siap melakukan eksekusi ternyata ujungnya digagalkan hanya karena masalah birokrasi atau rasa malas karena ribet. 

**

Beberapa pekerjaan yang berhubungan dengan hati dan sukacita, terkadang tidak dihitung sebagai definisi harafiah bekerja. Bagi sebagian orang bekerja adalah berapa banyak yang kamu hasilkan. 

Quantity.

Semata kuantitas (Yaya, di bidang tersebutlah saya bekerja : kuantitas). Tidakkah rasanya sangat kosong ketika rutinitas kita hanya mengejar yang disebut kuantitas? Tidak bosankah ketika aktivitas dari hari ke hari, hingga bertahun-tahun ke depan ternyata hanya memberi dampak alakadarnya pada kantong dompet, tapi tidak 100% bisa mengisi hati?

Well, sayangnya tidak semua orang memiliki pola pikir yang sama.